Yuk Jaga “Kesehatan” Finansial Rumah Tangga Selama Masa Pandemi

Mengatur keuangan (Sumber gambar : Pinterest)

Mengatur keuangan (Sumber gambar : Pinterest)

Like

Saat ini dunia sedang disibukkan dengan masalah wabah penyakit Covid-19 dan anak pinak masalah yang membuntutinya. Bagaimana tidak? penyakit yang disebarkan oleh virus SARS-CoV-2 ini sangat cepat penyebarannya, tak terbendung, dan dengan seketika menjamur di berbagai belahan dunia. But, di samping itu, akibat pandemi ini masyarakat menjadi lebih aware dan perduli soal menjaga kesehatan.

Yaa.. semua itu tentunya untuk menjaga imun tubuh dan kesehatan diri serta keluarga selama masa pandemi. Karena dengan menjaga diri sendiri, kita juga akan menjaga orang lain. 

Tapi masalah wabah ini berbuntut panjang ke masalah lainnya. Utamanya di sini adalah finansial, dimana kondisi keuangan melemah, daya beli menurun, dan jalannya perekonomian melambat. Memang terdapat orang-orang yang masih mendapatkan gaji normal dan stabil, tapi ada pula yang pendapatannya menurun drastis.

Maka, menjaga kesehatan finansial pun nggak kalah penting dengan menjaga kesehatan tubuh. Yuk, bareng-bareng simak tips-tips positif di bawah ini.

 

1. Atur ulang keuangan sedemikian rupa

Saat ini hampir seluruh negara menerapkan social distancing, PSBB (pembatasan sosial berskala besar) khususnya di Indonesia, bahkan lockdown. Nah.. karena banyak pembatasan ruang gerak dan interaksi ini menyebabkan banyak orang harus lapang dada menerima kondisi keuangan yang lebih “kempis”.

Dagangan enggak seramai biasanya, driver ojol sepi orderan, pedagang yang biasanya mangkal di sekolah-sekolah pun kehilangan pelanggannya, gaji dipotong atau dicicil oleh perusahaan, dan masih banyak lagi.


Walaupun pengeluaran untuk bensin menurun, tapi pengeluaran untuk gas LPG, listrik, kuota, wifi, air, dan makan jadi membengkak. Belum lagi biaya sekolah atau kuliah di beberapa tempat tidak mendapat keringanan.

Maka, lakukan lah evaluasi jumlah pemasukan bulanan dan perubahan kebutuhan yang signifikan, serta estimasikan ulang rencana keuangan. Menurut Perencana keuangan Prita Hapsari Ghozie dalam video live di Instagram bersama psikolog Analisa Widyaningrum, pekerja lepas bisa melakukan evaluasi aset yang dimiliki dalam bentuk uang hingga perhiasan emas.

Penting nih untuk kita menghitung pemasukan, memperketat pengeluaran, dan menentukan skala prioritas. Pastikan mana pengeluaran yang penting dan primer, seperti kebutuhan rumah tangga, biaya sekolah, dan lain-lain, serta mana pengeluaran yang tidak begitu penting, contonya saja skincare (untuk pihak-pihak tertentu hehee). Anggarkan keuangan secara realistis ya.

 

2. Terapkan gaya hidup prihatin

Kalau biasanya pengin dikit terus beli, buat sekarang, pikir dua kali dulu deh. Yang penting bisa makan dan tetap sehat.

Gunakan uang untuk keperluan kewajiban, makan, dan kesehatan ya, itu yang utama. Harus ada penyesuaian gaya hidup, terapkan gaya hidup hemat, no hambur-hambur duit!

Yang jelas, kalau kondisi keuangan sudah normal dan stabil kembali, ya enggak langsung menerapkan gaya hidu foya-foya. Tetap bijak dalam mengelola keuangan dan kehidupan.  

 

3. Hindari belanja berlebihan! Jangan mudah tergiur dengan promo dan diskon

Khususnya buat cewek, poin yang satu ini memang cobaan banget deh. Ngaku deh, kalau kita buka e-commerce pasti langsung disuguhi bejibun promo dan diskon.

Mulai dari kesehatan, kosmetik, fashion, aksesoris, makanan, dan berbagai macam produk lainnya. Hadeeh.. bikin kepengen.

Eitss tapi ingat, jangan berlebihan dalam berbelanja. Jaga hati, jaga mata. Tapi promo dan diskon bisa saja sangat bermanfaat jika terkait kebutuhan yang pokok.

Belanjakan lah uang kita untuk hal-hal yang dibutuhkan. Apalagi kalau barang yang ditawarkan sudah kita miliki, cuma beda warna atau motif doang, duh.. lewati dulu deh.

Pastikan prioritas kita sudah terpenuhi lebih dulu ya. Nah kalau masih terdapat uang sisa, bisa tuh digunakan untuk yang lainnya.

 

4. Alokasikan uang cadangan

Dari alokasi dana keseluruhan, sisakan beberapa persen untuk di-keep jadi uang cadangan atau duit darurat. Ini penting banget, karena kita nggak pernah ngerti kan apa yang akan terjadi ke depannya?

Bisa saja sewaktu-waktu kita perlu uang untuk sesuatu yang mendesak. Ingat, gunakan uang cadangan untuk sesuatu yang memang mendesak dan penting.

Jika besaran pengeluaran lebih besar dibandingkan penghasilan, maka selisihnya bisa diatasi dari dana darurat yang telah disisihkan. Kalau uang cadangan belum digunakan juga, kan lumayan bisa sekalian jadi tabungan.

 

5. Sebisa mungkin hindari utang

Utang lebih baik dihindari jika memang masih bisa memenuhi kebutuhan dengan biaya sendiri. Apalagi jika sudah memiliki utang, prioritaskan untuk melunasinya terlebih dahulu.

Tapi bukan berarti utang nggak boleh. Boleh-boleh saja, asalkan kita harus memastikan memang bisa membayarnya dengan tetap mempertimbangkan pemenuhan kebutuhan pribadi dan keluarga.

Dilansir dari bisnis.com, menurut Financial Planner Finansialku Melvin Mumpuni, rasio utang tidak boleh lebih dari 50 persen aset atau dengan kata lain, jumlah utang tidak melebihi 50 persen nilai aset. Sedangkan rasio kemampuan pelunasan utang, idealnya sama dengan atau lebih kecil dari 35 persen.

Hindari juga menambah cicilan baru. Kalau barang yang diinginkan nggak urgent-urgent banget, sudahlah mending uangnya dipakai buat yang lain dulu.

 

6. Sangat baik jika kita mau dan bisa menyisihkan sedikit rezeki untuk pihak-pihak yang membutuhkan

Walaupun kondisi keuangan kurang begitu stabil, tetap menyisihkan rezeki kita meski sedikit saja, merupakan hal yang sangat positif dan berdampak baik. Percayalah, bahwa kebaikan yang kita lakukan kepada orang lain pasti akan berdampak baik juga untuk diri kita masing-masing.

Ikhlas menyedekahkan harta, apalagi dalam kondisi sempit, tidak akan membuat rugi sepeser pun. Ingatlah bahwa Tuhan maha melihat dan maha kaya.

Dapat turut membantu sesama dalam kondisi seperti ini akan memberikan sebuah kebahagiaan dan kelegaan tersendiri di dalam hati. Berbagi rezeki juga termasuk cara jitu untuk menjaga kesehatan finansial kita lho.

 

7. Evaluasi maping keuangan

Setelah melakukan perencanaan sedemikian rupa, sangat baik untuk melakukan evaluasi keuangan tiap akhir bulan atau beberapa bulan sekali tergantung kebutuhan, apakah besaran dana yang dialokasikan sudah dapat meng-cover tiap aspek yang diperlukan.

Revisi anggaran keuangan jika pengeluaran lebih besar ketimbang pemasukan, evaluasi kendala-kendala yang ditemui terkait dengan keuangan, dan evaluasi jumlah pemasukan dan kebutuhan kembali apabila terdapat perubahan. Melakukan evaluasi ini penting banget, supaya kita bisa mengambil strategi keuangan yang baik dan bijak.

Nah, itu dia 7 tips menjaga kesehatan finansial rumah tangga, utamanya untuk masa pandemi ini. Memanajemen keuangan adalah sebuah seni hidup yang membutuhkan ketelitian, kepekaan, analisis, dan kebijaksanaan.

Mari sama-sama menjadi cerdas mengelola keuangan. Semoga bermanfaat :)