Manfaat Mencatat Anggaran Harian untuk Evaluasi Keuangan Keluarga saat Pendemi

Mencatat Anggaran Harian (Sumber : unsplash.com)

Mencatat Anggaran Harian (Sumber : unsplash.com)

Like

Wabah pendemi Covid 19 masih menghantui berbagai pihak sejak beberapa bulan yang lalu hingga saat ini, berbagai lapisan masyarakat juga terkena dampaknya, mulai dari pebisnis berskala besar sampai lapisan terkecil yaitu pemikiran seorang ibu rumah tangga tentang finansial keluarga, seperti saya.

Saya memang seorang ibu rumah tangga sekaligus pekerja swasta, syukurlah sampai saat ini masih bekerja karena perusahaan tempat saya bekerja masih survive hingga saat ini, jadi saya masih bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pembahasan kali ini berdasarkan pengalaman pribadi yang nyatanya banyak di remehkan sebagian besar para ibu sebagai manajer keuangan keluarga, yakni pencatatan anggaran pengeluaran setiap hari.


Jangan ada  kata “nanti saja”

Mencatat anggaran pengeluaran per hari sudah saya lakukan sejak 2 tahun yang lalu, dalam perjalanannya ada rasa malas dan enggan bahkan “nanti saja” hingga akhirnya terlupa mencatat selama 3-4 hari, hilang sudah dokumentasi anggaran. Akibatnya, sering saya menemui uang misteri entah kemana perginya, padahal hanya terlupa beberapa kali.

Ibu rumah tangga fulltime maupun yang berprofesi sebagai mom worker sama-sama memiliki kesibukan yang luar biasa, oleh sebab itu usahakan untuk selalu mencatat di hari yang sama, bisa saat langsung ingat telah melakukan pengeluaran maupun pada saat malam menjelang tidur. Lakukan di hari yang sama dan jangan sekalipun menunda besoknya, karena otak kita tentunya terbatas untuk mengingat banyak hal. Belum lagi yang para ibu kerjakan ini luar biasa banyaknya mulai membuka mata hingga menjelang menutup mata kembali.


Bahan Evaluasi yang Valid di Masa Pendemi

Pencatatan anggaran keluarga setiap hari tidak akan berdampak dalam 1 – 2 bulan saja, tapi dampaknya akan terasa dalam hitungan minimal 6 bulan. Saya mengalami sendiri bahwa berbagai catatan anggaran harian selama dua tahun terakhir, membantu saya untuk mengevaluasi berbagai anggaran yang perlu dirampingkan.

Memang saya masih bekerja normal seperti biasa, perusahaan masih survive akan tetapi ada beberapa potongan pada salary yang saya terima, suami yang sebelumnya bekerja di proyek pun saat pendemi kebetulan proyek juga sudah selesai dan saat ini menjalani kegiatan freelance, otomatis saat keadaan agak susah seperti ini merampingkan pengeluaran adalah salah satu jalan yang bisa saya tempuh.


 

Format Anggaran Penulis (Dok. Pribadi)

Format Anggaran Penulis (Dok. Pribadi)


Dari catatan anggaran yang sudah saya salin di lembar excel (bisa lihat pada gambar di atas) terlihat dengan jelas beberapa post yang masih bisa dikurangi, seperti makanan, liburan serta kebutuhan tersier. Tiga bulan sebelum pendemi diumumkan oleh WHO, jatah konsumtif berupa camilan bisa mencapai 1 juta per bulan, sungguh untuk ibu pekerja yang masih memiliki berbagai angsuran ini menjadi momok yang harus ditekan sampai mrnjadi 300-400rb saja per bulan, syukur-syukur kalau bisa sampai 100rb saja per bulan, kan lumayan jadi bisa di alihkan untuk kebutuhan lain.

Selain pos makanan dan camilan, post yang benar-benar bisa di alihkan adalah liburan, bisa sampai Rp. 0,- per bulan karena kondisi pendemi saat ini tidak memungkinan untuk berlibur. Untuk post liburan biasanya per bulan menghabiskan jatah sekitar 200rb-300rb, masa pendemi saat ini karena sebagian pendapatan hilang, post liburan lebih tepatnya bukan dialihkan sih, tapi dihilangkan.

Selain itu, post tersier, yang saya maksud adalah skincare, baju, sepatu dan sandal, menurut saya masih bisa ditekan dengan maksimal. Melihat baju di lemari yang masih setumpuk, sepatu yang masih layak pakai, skincare yang tidak perlu sekali juga tidak perlu di beli.

Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi, bahwasanya rutinitas mencatat pengeluaran sehari-hari menjadi asset data yang valid dan penting untuk dapat melakukan evaluasi pengeluaran, terlebih lagi seperti masa pendemi yang tidak terduga seperti saat ini.

Kalau dalam bisnis.com ada sebuah artikel yang ditulis Luh Putu Sugiari mengutip tips seorang perencana keuangan bernama Agus Helly sebagai tindakan lanjut dari tulisan ini, selain mulai mencatat anggaran pengeluaran sehari-hari, mulai sekarang sisipkan 10%  pendapatan untuk dana darurat. Nah, semoga sedikit ulasan ini bisa membantu untuk para ibu agar lebih bersemangat untuk rajin mencatat anggaran!