Peluang Investasi Saham Perusahaan Sawit

Ilustrasi perkebunan sawit (Ihsan Adityawarman by Pexels)

Ilustrasi perkebunan sawit (Ihsan Adityawarman by Pexels)

Like

Pada tahun 2022 harga komoditas sawit sempat meroket tajam pada kuartal pertama 2022. Dimana harga sawit mencapai ATH pada bulan maret dengan harga MYR 7280 per ton.

Harga tersebut tentu sangat fantastis dimana dipengaruhi beberapa faktor seperti perang Rusia – Ukraina, kelangkaan minyak goreng di pasaran Indonesia, siklus produksi sawit yang belum normal, masalah pengiriman dan distribusi yang tersendat, kenaikan harga BBM memberikan kenaikan signifikan harga acuan sawit dikala itu.

Akan tetapi, mulai terjadi penurunan pada kuartal dua 2022 dimana pada bulan juni harga acuan mulai mengalami penurunan hingga saat ini. Berdasarkan data penurunan paling rendah terjadi pada bulan September 2022 dimana harga menjadi MYR 3200 per ton.

Jika di persentase penurunan sejak ath lebih dari 50 persen. Hal tersebut didorong oleh pemulihan siklus produksi, penurunan permintaan, SCM yang mulai pulih dan kondisi keamanan global yang membaik.

Penurunan tersebut memberikan pukulan pula terhadap saham-saham yang berada di sektor sawit ini. Sejak penurunan harga acuan tersebut memberikan perusahaan penurunan pendapatan dan laba yang diperoleh.


Hal itu direspon oleh investor dan pelaku pasar dengan menjual saham-saham perusahaan sawit yang mereka miliki. Perilaku pasar tersebut menyebabkan mayoritas harga saham perusahaan sawit menjadi jatuh dan menjadi peluang bagus untuk mulai dikoleksi sembari menunggu rebound harga dan kestabilan harga acuan sawit.

Baca Juga: 
Cari Peluang dengan Manfaatkan Karakteristik Bisnis Kelapa Sawit
 

Alasan Industri Sawit Dilirik

Ada beberapa alasan kenapa industri sawit bisa dilirik pada saat penurunan seperti yang terjadi sekarang, yakni:
 

1.   Industri Sawit Merupakan Komoditas Ekspor Andalan Pemerintah

Sawit merupakan tanaman andalan ekspor pemerintah yang ditawarkan di pasar global seperti kepada negara china dan india. Sawit memberikan kontribusi besar bagi neraca perdagangan RI dan menyumbang devisa jumbo kepada pemerintah.

Kontribusi sawit kepada ekspor nonmigas RI pada tahun 2021 mencapai 17,6 persen. Angka tersebut sangat besar dan berpengaruh bagi keuangan pemerintah.

 

2.   Sawit Dibutuhkan untuk Proyek B50

Proyek yang digagas oleh pemerintahan Jokowi adalah B50. Dimana pemerintah ingin sawit memiliki komposisi 50 persen dari campuran minyak sebagai BBM.

Hal ini mendorong permintaan yang berkesinambungan apalagi jika proyek ini terbukti berhasil maka bisa jadi sector sawit akan sangat diuntungkan dengan peningkatan permintaan maka harga acuan akan meningkat pula.

 

3.   Sektor yang Menyumbang Pajak dan Tenaga Kerja Besar

Berdasarkan BADAN Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) industry sawit bisa menghasilkan kontribusi pajak sebesar 20 triliun per tahun. Sedangkan untuk tenaga kerja industri sawit bisa menyerap 16 juta orang dari industri hulu ke hilir.

Hal tersebut tentu luar biasa mengingat pengangguran dan APBN menjadi konsen pemerintah dalam menanggulangi masalah ekonomi dan pemerataan ekonomi.

 

4.   Kondisi Iklim dan Tanah Mendukung untuk Pertanian Sawit

Indonesia merupakan negara yang berada di jalur khatulistiwa dimana hanya memiliki dua musim yakni hujan dan panas dimana hal itu sangat mendukung pertumbuhan pohon sawit. Negara barat akan sulit untuk mengembangkan pertanian sawit dikarenakan ada musim salju dan gugur.

Hal ini tentu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah dalam memanfaatkan keunggulan bangsa kita dari segi geografis.


Baca Juga: Emiten Saham Pilihan untuk Investasi Mahasiswa
 

Saham Sawit di Tengah Penurunan Harga CPO

Lalu, emiten apa saja yang bisa dilirik di tengah penurunan harga acuan sawit saat ini? Emiten tersebut yakni:
 

1.   AALI

AALI merupakan salah satu perusahaan sawit terbesar di Indonesia. Perusahaan ini merupakan konglomerasi dari grup Astra. Lahan tanam AALI juga sangat luas mencapai 286.727 hektar.

Dengan pendapatan pada kuartal 3 tahun 2022 mencapai 16 triliun rupiah menjadikan AALI perusahaan sawit terbesar di Indonesia. Harga AALI juga sangat menarik dimana saat artikel ditulis harga berada 8050 per lembar saham.

Dengan harga tersebut AALI mempunyai PBV 0,73 kali dengan PER 9,56 kali. Untuk rasio ROE mencapai 7,68 persen dengan rasio DER yang hanya 52 persen.

 

2.   SMAR

SMAR merupakan perusahaan sawit paling besar di Indonesia. Pada kuartal 3 tahun 2022 SMAR memperoleh pendapatan sebesar 57 triliun. Angka tersebut merupakan angka yang sangat fantastis. Dari segi valuasi juga menarik dimana pada saat artikel dibuat harga SMAR per lembar sebesar 4920.

Dari harga tersebut rasio PBV mencapai 0,82 kali dengan PER 2,96 kali. Valuasi yang sangat menarik untuk perusahaan sawit terbesar di Indonesia. Rasio ROE juga sangat tinggi mencapai 27 persen sementara rasio hutang cukup tinggi di angka 148 persen.

 

3.   TBLA

TBLA merupakan perusahaan sawit yang memiliki pangsa penjualan cukup besar yakni sepanjang 3 kuartal 2022 mencapai 11,7 triliun rupiah. TBLA dihargai 680 per lembar saham pada saat artikel dibuat.

Perusahaan ini sangat cocok untuk investasi dimana memiliki kelebihan utama dari segi valuasi yakni PBV 0,54 kali dengan PER 5 kali. Rasio ROE nya cukup tinggi yakni 10 persen sementara rasio DER tergolong tinggi yakni 223 persen.

 

4.   SIMP

SIMP merupakan perusahaan sawit dari Grup Salim. Konglomerasi bisnis dari Salim grup ini memiliki pendapatan pada kuartal tiga tahun 2022 mencapai 12,34 triliun.

Sementara dari segi valuasi, SIMP ini juga unggul dimana pada harga saat ini 418 rupiah per lembar saham SIMP mempunyai rasio PBV sebesar 0,4 kali dengan PER 5,53 kali. Dari rasio keuntungan, SIMP mempunyai ROE 7,31 dengan rasio hutang 98 persen.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah industri sawit merupakan industri siklus dimana fluktuasi akan sangat sering terjadi dan investor harus siap dengan risiko yang ada. Akan tetapi, valuasi yang sudah murah tentu memberikan kompensasi kepada investor untuk saham sektor sawit ini.

Saham yang disajikan penulis hanya untuk tambahan wawasan bukan untuk melakukan pom-pom jual beli saham, keputusan berinvestasi tetap pada tangan anda.