Bikin Betah di Kantor, Bekerja Sambil Bisnis Ternyata Cukup Manis

Bikin Betah di Kantor, Bekerja Sambil Bisnis Ternyata Cukup Manis

Bikin Betah di Kantor, Bekerja Sambil Bisnis Ternyata Cukup Manis

Like

“Aduh, jenuh, bikin bete!”
“Malas ah, mau ngapain juga di sini?!”

Kira-kira begitulah kalimat yang terlontar dari saya dan teman-teman di tahun 2010. Apalagi bagi saya yang baru pertama kali menginjakkan kaki, bukan kakinya orang yang saya injak, di Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara.

Pernah dengar Kabupaten Bombana? Mungkin kalau mendengar langsung belum, tetapi membacanya pasti sudah! Kan kamu baru saja membacanya toh?

Pada tahun itu, keadaan Bombana memang tidak seperti sekarang. Saya berkantor di kawasan bukit Langkapa. Bukit itu menampung beberapa kantor pemerintah daerah. Saya bukan pegawai daerah, melainkan pegawai pusat.

Apa yang membuat jenuh, bete, dan malas? Rupanya karena listrik di daerah itu yang tewas seketika di jam satu siang. Dia baru bangkit lagi dari kubur pada pukul enam sore.


Nah, kalau sudah jam satu siang matu lampi, eh, mati lampu, mau bagaimana lagi? Di kantor pasti tidak banyak yang bisa dikerjakan. Mau menyalakan komputer jelas tidak bisa. Masa komputer dinyalakan pakai baterai?

Akhirnya, saya dan teman-teman memang pulang dari kantor dan kembali ke kost. Saya bersama tiga teman yang sama-sama pengangkatan pusat. Ketika sudah di kost, kami mencoba untuk tidur siang.

Baca Juga: Pekerja Kantoran Bisa Tambah Cuan Lewat 6 Kerja Sampingan Ini!

Ternyata, tidak nyaman juga, karena kipas angin tidak menyala, tidak berputar. Tidak mungkin bukan kipas angin listrik diganti dengan tenaga baterai?

Pada saat itu, kondisi yang ada jadi serba salah. Listrik benar-benar mati dan membuat kehidupan jadi terasa mati juga, maksudnya di sini mati gaya. Pasrah, itu kunci utamanya. Menunggu listrik menyala lagi, duhai lamanya.
 

Mulai Ada Perubahan


Setelah 2010 berlalu, ternyata ada peningkatan di kabupaten yang jaraknya 3-4 jam perjalanan darat dari Kendari itu. Listrik mulai mengalir 24 jam dan bertahan sampai sekarang. Rasa di kantor jadi mulai ada semangat lagi untuk bekerja.

Sekarang, kantor saya bukan lagi di atas bukit, melainkan di dekat laut. Dekat terminal dan dekat pelabuhan yang menyeberang ke pulau sebelah. Kantor yang ini hanya ditempuh tidak lebih dari 5 menit dari rumah saya menggunakan sepeda motor. Yah, kalau pakai merangkak, tentu lebih lama lagi.

Saya bersyukur, jarak rumah yang begitu dekat membuat kalau ada apa-apa di rumah bisa cepat ditangani. Namun, yang menjadi masalah berikutnya adalah ada rasa tidak betah lainnya. Lho, apalagi nih? Listrik sudah full sehari semalam, rupanya masih tidak betah juga?

Ternyata, masalahnya adalah menyangkut internet provider. Hampir semuanya menggunakan paket data pribadi, macam-macam harganya dan paket yang diambil. Begitu juga macam-macam isi dompetnya untuk membeli paket tersebut.

Pastinya saya dan teman-teman mengharapkan sekiranya ada internet provider yang lebih bisa membuat nyaman di kantor. Kalau pakai paket data pribadi, bisa lebih boros. Apalagi yang bukan PNS, gajinya minim, untuk paket tentunya agak berat.

Apalagi paket data tersebut juga dipakai di rumah, mungkin berbagi dengan suami/istri dan anak-anak. Ditambah mungkin tetangganya sering pinjam paket data. Pinjam apa minta nih?

Solusinya muncul beberapa tahun yang lalu. Kalau tidak salah ingat, sejak 2017, di kantor sudah dipasang internet provider terkenal dari Telkom Indonesia bernama IndiHome. Tentunya kamu tahu IndiHome dong? Masih belum kenal? Lho, kemana saja sih kamu? Hehe..

Baca Juga: Cara Jadi Agen Bank, Bisnis Tambahan yang Menjanjikan!

IndiHome adalah internet provider yang menawarkan sensasi bermain internet yang berbeda dibandingkan paket data biasa. Bedanya di mana? Biasanya, paket data internet itu beli sesuai kuotanya. Misalnya, beli sekian ribu rupiah dapatnya 15 Gigabyte (GB). Makin mahal harganya, kuota yang didapatkan juga makin banyak dong!

Sudah sekian lama saya pakai model paket data seperti itu. Ternyata, IndiHome memberikan layanan internet dengan sistem kecepatan. Jadi, sederhananya mau pakai berapa pun, mau download apapun, yang dibayar tetap sesuai kecepatan itu tadi.
 

Sesuai Kebutuhan


Pada tahun 2017 itu, kantor saya memasang IndiHome dengan menggunakan KTP saya, padahal saya ini bukan kepala kantor, melainkan hanya seorang pejabat yang juga ikut mengurus keuangan. Bendahara waktu itu meminta KTP saya sebagai tanda pendaftaran. Ya sudah, saya berikan saja data di KTP tersebut sebagai prosedur pendaftaran.

Beberapa hari selanjutnya menjadi hari yang lebih menyenangkan di kantor. Saya dan teman-teman menjadi lebih betah di kantor dari pagi sampai sore. Soalnya, begitu sampai di kantor, saya dan teman-teman mematikan paket data dan berganti menjadi WiFi.

Mau menonton apapun, tidak perlu khawatir kuota akan berkurang. Mau download apapun, juga tidak masalah. Asal yang ditonton dan didownload itu yang positif-positif saja lho ya!

Kantor saya mengambil paket 40 Mbps. Cukup lumayan untuk ukuran kantor dengan pegawai waktu itu sekitar 40 orang lebih. Hanya kadang yang menjadi masalah, kalau hari Senin IndiHome cukup berat. loadingnya jadi lebih lama.

Yah, saya berpikir lurus saja, banyak sekali pemakainya di hari Senin itu soalnya kami apel pagi. Kalau di hari lain, apalagi di malam hari, IndiHome sangatlah lancar. Membuat tugas-tugas atau pekerjaan jadi bisa diselesaikan lebih cepat dan baik.

Apalagi ketika pandemi tahun 2020 yang lalu. Perjalanan dinas untuk mengikuti kegiatan atau bimtek dipangkas habis-habisan. Penggantinya adalah pertemuan lewat Zoom. Bila pakai paket data pribadi, jelas akan merugikan dan menelan cukup banyak kuota.

Dengan adanya internet provider itu, pertemuan bisa diikuti dengan sangat lancar. Saking seringnya ikut Zoom, sampai ada petinggi organisasi kantor saya yang mengatakan bukan lagi hadirin wal hadirot, melainkan zoomiyin dan zoomiyat. Halah, ada-ada saja, Pak, Pak!
 

Keuntungan Berikutnya


Sejak kuliah, saya sudah bisnis berjualan pulsa. Ketika itu, sekitar tahun 2006, saya bergabung dengan teman saya yang sudah lebih dahulu bisnis. Eits, tapi itu bukan MLM ya! Hanya reseller biasa kok.

Sampai saya bekerja, masih juga berjualan pulsa. Ditambah dengan paket data, pulsa listrik, tagihan listrik, sampai dengan tiket pesawat terbang. Bedanya dengan dulu adalah bahan bakarnya.

Dulu untuk transaksi pulsa juga pakai pulsa. Saya harus mengisi pulsa di HP agar bisa berjualan. Kalau sekarang, hanya pakai internet, sudah bisa jualan dan menerima cuan dari pembeli.

Sistem yang saya pakai adalah sistem travel. Artinya, mirip dengan yang digunakan agen travel biro perjalanan wisata. Bisa pesan tiket pesawat, kapal laut, bus, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Bikin Usaha Baru Enggak Harus Resign Kok, Begini Tipsnya

Untuk transaksi kecil, ya seperti beli pulsa, paket data, dan termasuk bayar tagihan IndiHome. Kalau pakai internet provider, ketika muncul tagihan jangan keder. Bayar saja, lanjut lagi menikmati fasilitasnya.

Bendahara kantor sudah tahu kalau saya bisa membayar pulsa dan sebagainya itu, makanya dia meminta saya untuk membayar tagihan IndiHome kantor juga. Oke, saya penuhi permintaannya.

Sistem yang saya gunakan memudahkan untuk membuat nota sendiri. Harga yang sebelumnya sekitar Rp600 ribuan, bisa saya naikkan menjadi Rp700 ribuan. Nota dicetak dengan printer kantor, saya serahkan ke bendahara, dia bayar sesuai nota tersebut. Asyik, sedap, keuntungan sangat lumayan.

Hampir tiap bulan, saya diminta membayar tagihan internet provider kantor tersebut. Untung yang bisa diambil mulai dari Rp50 ribu sampai Rp100 ribu membuat saya senang. Tentunya ini juga mendukung kerja teman-teman kantor. Selain benar-benar bekerja, juga mendukung hiburan buat mereka setelah istirahat.

Oh ya, saya bisa beralasan mengambil untung lebih tinggi karena seringnya bayar melewati tanggal. Kan seharusnya bayar di tanggal 20, tetapi kadang di tanggal 23 atau menunggu sampai internetnya benar-benar lambat. Jika sudah kondisi begitu bos-bos di kantor mengeluh, “Ini kok IndiHomenya gak bisa lagi? Belum bayar ya?”

Bendahara langsung telepon saya, “Mas, tolong bayarkan IndiHome!” Atau lewat chat WA, pokoknya saya dihubungi, lah. Begitulah, setelah saya bayarkan pakai uang sendiri, barulah bendahara menggantinya pakai uang negara. Cuan!
 

Aplikasi MyIndiHome


Ternyata, untuk membayar tagihan IndiHome, berdasarkan informasi dari teman, bisa melalui aplikasi MyIndiHome. Ini yang baru saya ketahui terus terang saja. Dan, saya pun mendownloadnya. Wah, isinya cukup lengkap menawarkan fasilitas IndiHome, termasuk pembayarannya!

Saya tinggal menghubungkan nomor IndiHome kantor ke aplikasi tersebut dan tara, saya masuk ke level keanggotaan Gold. Keterangan di aplikasi, rata-rata tagihan terakhir antara Rp500.000 – Rp700.000. Selain itu, telah menggunakan IndiHome selama lebih dari 12 bulan.

Hal yang belum pernah saya coba adalah membayar tagihan IndiHome melalui MyIndiHome ini. Nah, bagaimana cerita selanjutnya? Mungkin saya akan ceritakan setelah saya lebih intens lagi menggunakan aplikasi ini. Sampai ketemu di cerita saya selanjutnya ya!

Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.