Bangkit di Masa Pandemi dengan Perilaku Finansial yang Benar

pentingnya pencatatan keuangan (dok.freepik.com)

pentingnya pencatatan keuangan (dok.freepik.com)

Like

Apa yang bisa kita lakukan agar taklarut dalam kesulitan di masa pandemi ini? Untuk mereka yang kehilangan pekerjaan, hal yang pasti harus dilakukan adalah segera mencari peluang baru. Peluang itu bisa berupa berburu pekerjaan baru atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Sejak corona menyerang, era baru dimulai. Orang-orang menjadi lebih kreatif menciptakan peluang kerja. Usaha - usaha baru bermunculan dari berbagai bidang. Yang paling kentara adalah usaha kuliner, terutama frozen food.

Terbatasnya ruang gerak selama masa pandemi, membuat orang-orang bahu- membahu menyuplai makanan secara daring. Ada yang menyediakan jasa pengiriman, ada yang menjadi produsen, dan ada yang berperan sebagai konsumen.

Semua saling mengisi dan memberi manfaat satu sama lain. Kondisi ini tentu melegakan. Selalu ada terang di ujung jalan. Selalu ada mata air yang memberi kesejukan.

Ketika semua orang berupaya menemukan beragam jalan untuk menghasilkan uang agar dapur tetap ngepul dan anak-anak bisa terus bersekolah, ada hal yang kadang terlupakan. Apa itu?


Pencatatan keuangan. Berapa banyak orang yang paham dan sadar pentingnya pencatatan keuangan sebagai bentuk pengelolaan finansial yang sehat?

Salah satu ciri kelola keuangan yang sehat adalah pencatatan keuangan yang rapi. Kondisi itu tidak melulu hanya ada di perusahaan atau untuk mereka yang berbisnis. Rutinitas mencatat pengeluaran dan pemasukan pun seharusnya sudah diterapkan dalam pengelolaan finansial keluarga.

Mengapa demikian? Karena dengan pencatatan keuangan yang rapi, keluarga tersebut mempunyai goals finansial yang jelas. Pos-pos pemasukan dan pengeluaran yang jelas bisa membantu siempunya mempersiapkan masa depan keluarga secara sistematis.

Terlebih di masa pandemi saat ini, pencatatan keuangan menjadi sangat penting. Banyak ataupun sedikit dana yang kita miliki, tidak perlu dibeda-bedakan menjadi perlu atau tidak kita melakukan pencatatan keuangan. Mau sedikit atau banyak, kita tetap harus mencatata uang yang masuk dan keluar.

Inilah yang dimaksud dengan perilaku finansial. Artinya, apabila kita rajin mencatat keluar masuknya uang yang ada di dompet dan rekening, kita pasti akan lebih diingatkan setiap kali kita melanggar anggaran yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Mencatat keuangan setiap hari pasti juga akan membaca lembaran-lembaran masa lalu tentang perilaku finansial kita. Kalau hari ini kita jajan melulu atau belanja online terus tanpa terkendali, saat membaca catatan keuangan, kita pasti akan tidak enak sendiri.

Yah meskipun tidak semua orang punya kesadaran itu, setidaknya kita harus memulainya dari diri sendiri. Kita harus membangun kesadaran finansial yang benar.

Dari mana kita memulai pencatatan keuangan?
 

1. Mulailah membuat pos -pos keuangan.

Ini berarti bukan hanya pos pengeluaran, melainkan juga pos pemasukan. Buatlah tabel pemasukan dan pengeluaran. Tulis dengan jujur, jangan ada yang disembunyikan.

Ini catatan keuangan kita pribadi lho. Masa sama diri sendiri juga ada yang disembunyikan? Lalu kita akan jujur pada siapa?
 

2. Buatlah pos-pos pengeluaran

Pos-pos pengeluaran ini kita buat dalam tabel juga. Ada beragam pembagian pos-pos keuangan. KIta bisa memilih yang sesuai dengan penghasilan kita.

Kalau tiap bulan penghasilan kita di atas 5 juta, kita bisa membaginya dalam empat pos pengeluaran. Nah, kalau ternyata penghasilan kita di bawah 5 juta setiap bulannya atau malah tidak tentu, kita cukup membaginya dalam dua pos pengeluaran.


a. penghasilan 5 juta atau lebih

1. alokasi pos pengeluaran 1
utang 30%, 15% investasi, 10% pribadi, 45% pengeluaran rutin

2.alokasi pos pengeluaran 2
investasi 30%, dana darurat 10%, pribadi 10%, pengeluaran rutin 50%


Metode ini disebut dengan metode simple. Kita bisa memilih pos pengeluaran yang sesuai dengan visi misi finansial kita. Persentase setiap pos merupakan persentase maksimal yang bisa kita belanjakan. Namun demikian, kita bisa mengaturnya lagi sesuai dengan kondisi di lapangan.


b. penghasilan kurang dari 5 juta atau tidak tentu

Alokasi dana pada pos pengeluaran penghasilan 5 juta ke bawah atau tidak tentu, dapat menggunakan metode komitmen. Pada metode ini, kita membagi pos pengeluaran menjadi dua, yaitu pos pengeluaran rutin sebesar 75 persen dan tabungan 25 persen.

Pengeluaran rutin biasanya terdiri atas berbagai tagihan, iuran rutin sekolah anak, kondangan, sedekah, dan makan sehari-hari. Bagaimana dengan investasi, asuransi, biaya mudik dan rekreasi?

Kita bisa mengurangi jatah pengeluaran rutin untuk investasi. Pos investasi ini bisa dimasukkan dalam tabungan. Asuransi bisa dimasukkan pada pengeluaran rutin. Biaya mudik? masukkan dalam tabungan khusus mudik. Jadi, 25 persen tabungan itu bisa dibagi untuk mudik.

Sesuai dengan namanya : komitmen. Dalam metode ini, point pentingnya adalah konsistensi.

Metode komitmen mengatur pola anggaran minimalis agar tetap bisa menabung. Jadi, kalau penghasilan sebulan misalnya 4 juta, alokasi pengeluaran rutin sebesar 3 juta dan tabungan 1 juta.
 

3. Buatlah Jurnal Keuangan Harian.

Bentuknya seperti apa? karena kita bukan akuntan profesional, cukuplah kita membuat kolom-kolom berisi nomor, tanggal, jumlah uang yang dikeluarkan, tujuannya, dan total pengeluaran hari itu.

Supaya lebih leluasa mengatur anggaran, alangkah baiknya kita lebih mengutamakan kebutuhan ketimbang keinginan. Tujuannya tentu saja agar tak besar pasak daripada tiang.


---
Sejatinya, perilaku finansial yang benar adalah cara kita mempersiapkan masa tua yang sejahtera. Bukankah kita ingin hidup tenang di masa tua?

Terlebih, jika bisa bebas finansial. Tentu itu akan menjadi masa tua yang gemilang.