Sumber gambar : Pixabay
Likes
“Tahun-tahun terbaik dalam hidupmu yaitu ketika kamu menyadari atau memutuskan kalau masalahmu adalah milikmu sendiri. Kamu tidak menyalahkan ibumu, ekologi, atau presiden. Kamu sadar kalau kamu mengendalikan takdirmu sendiri” –Albert Ellis
Tentunya anggapan seperti itu salah. Di masa tertentu, seseorang harus dapat mengemban masalahnya sendiri atau dengan kata lain kita harus memiliki kekuatan internal di dalam diri kita sendiri.
Tak melulu bergantung pada orang dan keadaan sekitar, seakan kita tak berdaya, tak memiliki kuasa, dan tak memiliki dorongan untuk berubah, menjadi relevan pada pandemi Covid-19 ini.
Hari demi hari, pandemi Covid-19 semakin menjadi enemy yang begitu menakutkan dalam benak masyarakat. Betapa tidak, tercatat dari kasus pertama Covid-19 pada akhir 2019 lalu di Kota Wuhan China, hingga sekarang pertengahan Juli 2020 kasus penyebaran Covid-19 yang mendunia terus berlanjut.
Beriringan dengan itu perang statement terjadi dikalangan masyarakat, sebagian orang mengatakan pandemi Covid-19 sebuah konspirasi elit global, sebagian lagi mengatakan pandemi Covid-19 is “real” memang nyata adanya dan dapat menularkan siapa pun tidak mengenal usia muda maupun tua, bahkan belakangan seorang bayi terkonfirmasi positif Covid-19 .
Lantas pertanyaan yang sering muncul, Apakah Covid-19 Is real or not.? Untuk menjawab pertanyaan seperti itu mirip-mirip dengan pertanyaan mana yang lebih dahulu telur atau ayam, ayam atau telur? Ah sudahlah, poin terpenting bukan itu, pertanyaan seperti itu hanya akan menambah sakit kepala.
Pada kenyataanya, pandemi Covid-19 menyerang psikologis sebagian orang dengan situasi saat ini,. Sebagian merasa cemas karena dikurung seharian di rumah, sebagian cemas karena takut terjangkit wabah Covid-19, sebagian cemas karena sulitnya mencari nafkah di masa pandemi ini, sebagian cemas karena tugas kuliah lebih menumpuk saat belajar dari rumah, pun sebagian cemas karena bingung mau melakukan apa di masa pandemi ini.
Berkaca dari Amerika Serikat, pada sebuah riset yang dilakukan oleh Kaiser Family Foundation pada 25-30 maret 2020 lalu, di Amerika Serikat menunjukkan hampir dari setengah penduduk Amerika Serikat (47 persen) merasa terganggu kesehatan mentalnya karena Covid-19 dan dampak dari penurunan ekonomi yang ditimbulkannnya, serta hal itu berkelanjutan pada orang yang sudah terkena penyakit gangguan mental dan gangguan penggunaan narkoba sebelumnya.
sumber: Kaiser Family Foundation
Di Indonesia kesehatan mental ternyata juga menyerang beberapa orang, Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) membentuk gugus tugas layanan Psikologi Covid-19 dengan bekerjasama dengan Kantor Staf Kepresidenan (KSP) dan Telkom menyiapkan 501 relawan pada 29 April lalu dengan meluncurkan layanan telepon bagi warga negara Indonesia yang ingin menyampaikan keluhannya dalam masa pandemi Covid-19.
Tercatat sejak di luncurkannya layanan telepon itu ada sekitar 6.457 panggilan telepon yang menghubungi mereka dengan keluhan rata-rata kekhawatiran terinfeksi Covid-19, kekerasan rumah tangga, dan kecemasan berujung stress. Wah... Mengerikan sekali !
Eitss tunggu dulu, tentunya pada tulisan ini pembaca tidak melulu akan disuguhkan dengan deretan dampak psikologis di masa pandemi Covid-19 ini, justru sebaliknya. dari paparan tersebut, penulis berinisiatif menguraikan beberapa cara sederhana dalam mengatasi dampak psikologis di masa pandemi ini.
Lima Kreativitas Atasi Cemas akan Pandemi Covid-19
“Jika perkakas yang kamu punya hanyalah sebuah palu, kamu cenderung melihat kalau setiap masalah adalah paku” –Abraham Maslow
Untuk itu beberapa cara sederhana yang dapat dilakukan dalam menghilangkan rasa jenuh dan cemas di masa pandemi ini, Ayo kita mulai !
Pertama, Podcast
Belakangan ini podcast atau video podcast menjadi sebuah wadah yang menarik dalam menyalurkan obrolan, mulai dari obrolan santai hingga obrolan serius semacam obrolan politik dan hukum. Podcast merupakan sebuah aplikasi yang mirip dengan siaran radio dimana kita dapat melakukan rekaman obrolan layaknya siaran radio, hanya saja bedanya podcast ini dapat dilakukan oleh siapa saja melalui smartphone dengan cara mengunduh aplikasi podcast di playstore dan selanjutnya kita dapat memulai melakukan rekaman dan berkreasi di dalamnya.
sumber: Kapanlagi.com
Kedua, Video Kreatif
Video atau konten kreatif di youtube kian marak dilakukan, setiap orang sekarang dapat menjadi artis layaknya di televisi dengan youtube, hal itu membuat sebagian orang sekarang gencar membuat channel youtube dengan beragam konten menarik sebagai isinya, mulai dari bergenre vlog, komedi, Horror, edukasi, bahkan tidak sedikit membuat konten tabu.
sumber: Pixabay
Ketiga, Video Edukatif
Meskipun beberapa sekolah yang berada dalam Zona hijau sudah mulai aktif sekolah, namun masih banyak dari beberapa sekolah yang berada dalam zona merah yang terpaksa tidak dapat mengikuti pembelajaran secara langsung.
sumber: youtube.com
Keempat, Berkebun
Berkebun juga dapat mengatasi rasa jenuh dan menghasilkan uang, seperti dalam artikel Novita Sari Simamora dalam bisnis.com, yang mana ia menulis tentang keuntungan seorang petani dalam berkebun tanaman organik yang dapat meraup omzet puluhan hingga ratusan juta rupiah perbulan dengan berkebun sayuran organik merbabu.
sumber: bisnis.com
Kelima, Membaca dan Menulis
“Aku rela di penjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas –Mohammad Hatta”
sumber: pixabay
Tentunya selain untuk mengilangkan rasa jenuh, juga dapat menghasilkan uang dengan mengirim naskah tulisan ke beberpa media cetak dan online atau juga dapat di lombakan seperti yang diselenggarakan oleh bisnismuda.id ini.
Akhir kata...
"Mari Semangat Bangkit Dari Pandemi"
Komentar
23 Jan 2024 - 12:58
kerennn