Likes
Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Mengacu kepada tiga hal dalam subjudul di atas, sepertinya, kok, jadi teringat kampus, ya? Itu 'kan nama-nama jurusan kuliah dan bisa jadi juga nama fakultas. Kalau di UGM, ketiganya berdekatan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, serta Fakultas Ilmu Budaya.Apakah Ramadhan bisa mengeluskan hikmah kepada tiga bidang tersebut? Tentunya bisa, dong! Dari sesi sosial, ibadah puasa mengajarkan kita tentang kondisi sebagian besar masyarakat kita, yaitu: yang fakir dan miskin.
Events Ramadan: #SharingwithBlogger: Strategi Menjaga Semangat Menulis Jangka Panjang dan Cara Mengatasi Writer's Block
Jangankan untuk beli Toyota Alphard, mereka malah sering lapar. Jangankan untuk beli mobil Mercedes, mereka cuma bisa bermimpi makan enak sambil air liur menetes. Jangankan untuk pergi ke luar negeri, mereka bisa makan belum tentu tiap hari. Bagaimana rimanya ketiga kalimat sebelumnya ini? Bagus 'kan?
Betapa beruntungnya kita yang diberikan nikmat oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala bisa makan tiap hari, bahkan makan enak dan nyummy. Saat berbuka puasa, sudah terhidang aneka jenis makanan dan minuman yang aduhai. Malamnya pun kita tetap bisa di restoran bersama keluarga.
Sedangkan orang miskin, mereka mungkin tidak berani bermimpi seperti itu karena kondisinya yang amat sulit. Lihat rumah mereka, dari gubuk yang sederhana, malah hampir ambruk. Ada pula yang tinggal bersama sampah-sampah. Jangan harap nyaman, saat hujan, tidak hanya bocor, tetapi seperti air bah turun dari langit.
Events Ramadan: #NgobrolAsyik: Prospek Saham IPO dan Sektor yang Cuan di Tahun 2024!
Lapar memang tidak enak, haus memang tidak nyaman. Jika kita merasakannya seperti itu, apalagi mereka yang di bawah kita.
Makanya, hikmah sosial dari puasa Ramadhan ini adalah agar kita lebih peduli. Kita bisa memberikan sebagian harta untuk mereka. Apalagi pahala sedekah di bulan ini juga dilipatgandakan. Wah, tunggu apalagi?
Dalam bidang ekonomi, Ramadhan juga pasti ada hikmahnya. Ini terlihat dari sektor kuliner yang makin tumbuh. Penjual kue, makanan ringan, minuman segar, semakin banyak di pinggir jalan. Ya, jelas di pinggir jalan, masa di tengah jalan, Bro?
Ketika saya lihat, banyak dari mereka kaum ibu, berjuang mendapatkan rezeki, membantu suaminya. Membantu agar asap dapurnya mengepul. Kita membeli dagangan mereka, hasilnya untuk modal kembali dan sebagai tabungan di hari raya. Betapa mereka sangat senang saat kita membeli jualan mereka.
Tidak hanya sektor makanan dan minuman, dari segi pakaian juga atau fashion. Gamis, jilbab, jubah, sarung, songkok, dan perlengkapan ibadah mengalami peningkatan omzet pada bulan Ramadhan ini.
Baca Juga: Gara-Gara Bitcoin, El Salvador Menjadi Negara Kaya!
Orang berlomba-lomba untuk memakai pakaian terbaik yang nantinya dipakai sholat Tarawih atau ketika di hari raya. Kalau sudah membeli yang baru begitu, yang lama bisa disumbangkan. Yah, terhitung sedekah lagi, lah yauw!
Bagaimana dari segi budaya? Apakah budaya ini menyangkut nama orang? Oh, bukan, meskipun depannya ada sebutan "bu", tetapi budaya ini termasuk juga mendapatkan hikmah dari bulan Ramadhan. Selama ini, budaya kita adalah kurang disiplin. Istilah jam karet acapkali kita dengar.
Ketika bulan Ramadhan, budaya tidak disiplin itu mulai bisa berubah. Kita berbuka tepat di waktu Maghrib, bukan di waktu Isya, apalagi di waktu Ashar.
Tidak ada namanya ngopi-ngopi dulu sambil menunggu berbuka, 'kan? Berbuka, ya, harus tepat di Maghrib agar puasanya sah.
Begitu pula di waktu sahur. Puasa dimulai tepat di waktu Subuh. Makanya, kita masih boleh makan dan minum sebelum Subuh.
Itu juga mengajarkan budaya tertib. Meskipun kamu bangun jam enam pagi misalnya, belum sahur, lalu kamu sahur jam segitu, maka puasanya tetap tidak sah. Jadi, ibadah ini memang harus sesuai waktunya, mengajarkan disiplin yang bagus.
Dari budaya tepat waktu buka dan sahur itu, bisa berkembang lagi menjadi budaya tepat waktu ketika sholat berjamaah di masjid. Hayo, siapa yang masih sering menunda-nunda waktu sholat?
Momen Ramadhan dengan pahalanya yang luar biasa besar sangat sayang untuk disia-siakan, terlebih perkara sholat lima waktu ini yang merupakan sholat wajib. Kedudukannya di bawah syahadat lagi.
Masih banyak hikmah lainnya dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya, namun mungkin itu saja yang bisa saya tuliskan. Sampai di sini saja sudah 1220 kata. Untuk jumlah hurufnya dalam tulisan ini, silakan hitung sendiri, ya! Yah, sambil menunggu buka puasa daripada bengong, boleh juga kamu lakukan, hehe.
#30hariramadhanbercerita
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.