Kunci Memaksimalkan Produktivitas di Bulan Ramadhan: Salah Satunya Sadar Waktu

Like

Kemalasan Menjadi Musuh Besar

Bulan puasa, saat kita tidak makan dan minum, memang memunculkan rasa lemas di tubuh. Inginnya kita tidur saja sepanjang hari, mungkin, lho, ini! Ketika saya masih tinggal dengan orang tua, mempunyai kebiasaan tidur setelah Subuh. 

Perut sangat kenyang dan tenggorokan masih basah karena minum banyak, membuat saya tidak tahan untuk tidak kembali tidur. Apalagi anggota keluarga lain juga melakukan hal yang sama. Lampu dimatikan dan masuk kamar semua, secara naluri, membuat saya ikut-ikutan. 

Baca Juga: Alasan Jomblo Stres Saat Ramadhan, Pengin Cepat Nikah: Ini Solusinya!

Ketika bangun, sudah jam delapan pagi. Wah, rasanya justru tidak nyaman! Rasanya badan ini jadi semakin berat. Rupanya, tidur setelah Subuh mendatangkan kerugian tersendiri. Ada mudarat di situ. 

Bukankah waktu pagi setelah Subuh itu waktu dibagi-bagikan rezeki? Kalau saya sementara tidur, padahal rezeki dibagi-bagi, wah, saya tidak dapat, dong!


Jadi, setelah menikah sekarang ini, saya menghindari tidur setelah Subuh. Jika mau tidur, nanti saat matahari sudah terbit kira-kira setinggi tombak alias di waktu Dhuha. 

Saya merasa, tidur setelah Subuh itu bisa terjadi karena saya tidak banyak melakukan aktivitas. Mau mengaji, mata sudah seakan-akan ingin menutup saja.

Baca Juga: 7 Langkah Mengelola Stres Selama Ramadhan: Kiat Sukses Dunia dan Akhirat

Kuncinya sebenarnya dengan olahraga. Jalan-jalan Subuh contohnya. Selain cukup sehat dan membuat bugar, rasa kantuk susah untuk masuk. Masa mau tidur di pinggir jalan, di trotoar?

Puasa, dengan kondisi tidak makan dan minum, justru akan lebih bersinar, maksudnya bergairah, jika diisi dengan berbagai aktivitas.

Kerja kantoran seperti yang saya lakukan, membuat hasrat untuk tidur menjadi tidak ada. Begitu pula, bagi para pengusaha, langsung saja menjalankan usahanya, untuk menjemput rezeki masing-masing. 

Rasa malas yang muncul saat berpuasa bisa muncul karena malamnya begadang. Ini mungkin dialami oleh anak muda sekarang.

Mereka tetap nongkrong di malam hari bulan Ramadhan, dengan aktivitas yang sangat tidak bermanfaat. Saling main HP, saling cerita, curhat, atau jalan-jalan malam tanpa tujuan yang jelas. 

Kalau memang ada bakat begadang, coba nanti bisa dipakai ketika sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.

Begadangnya pun bukan lagi di jalanan atau di kafe-kafe, melainkan di masjid. Bila kuat begadang untuk hal-hal yang tidak bermutu, semestinya kuat begadang pula untuk beribadah kepada Allah. 

Baca Juga: 7 Langkah Mengelola Stres Selama Ramadhan: Kiat Sukses Dunia dan Akhirat