Puasa Ramadhan dan Tantangan Menurunkan Berat Badan, Bisa Enggak Ya?

Like

Tidak Makan Nasi

Beberapa tahun yang lalu, ketika masih musim covid-19, saya mengikuti tips diet dari dokter Zaidul Akbar. Kata beliau, ada beberapa makanan yang seharusnya dihindari, yaitu: nasi, tepung, gula, minyak, dan satu lagi, saya lupa. 

Saya kaget, lho, ternyata nasi juga termasuk tidak sehat, ya? Nasi ternyata mengandung gula yang cukup tinggi.

Baca Juga: Diet Plastik: Menjaga Kelestarian Bumi Mulai dari Diri Sendiri

Padahal nasi adalah makanan pokok rakyat Indonesia. Kalau bukan nasi, lalu diganti apa, dong?

Dokter yang jenggotnya bagus itu memberikan tips makanan yang sangat sehat. Tempe mentah dan kurma yang dijadikan sandwich.


Saya pun mencobanya. Membeli dua tempe yang terbungkus plastik. Memotong kecil, dibelah di tengahnya, lalu dimasukkan kurma yang sudah dibuang bijinya. 

Begitu saya makan, Masya Allah, rasanya memang enak. Benar kata dokter Zaidul, rasanya, "Speechless!"

Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Selain rasanya enak, di perut juga bikin nyaman. Bikin kenyang, tetapi kenyangnya tidak seperti kenyang makan nasi. Kenyang yang menyenangkan. Begitulah. 

Wah, kalau begitu, itu saja saya makan terus! Saya pun sama sekali tidak makan nasi selama tiga hari. Cuma makan tempe kurma itu, dengan buah-buahan. Hasilnya cukup fantastis. Berat badan saya turun drastis. 

Baca Juga: Mulai Merasa Stres ketika Bermedia Sosial? Mungkin Kamu Butuh Digital Detoks

Namun, ada konsekuensinya. Berat saya memang turun, tetapi beberapa teman saya mengatakan jelek. Postur saya sekitar 173 sentimeter.

Berat badan yang turun rupanya tidak cocok untuk saya. Kata teman, saya malah seperti orang yng berpenyakitan. Iya, serius! Seperti itu kata beberapa teman saya. 

Mereka minta saya kembalikan berat badan seperti dahulu. Gemuk sedikit tidak apa-apa, perut buncit sedikit juga tidak masalah. Intinya, badan saya harus kembali berisi lagi. 

Ya, sudah, saya turuti teman-teman. Kembali makan nasi sampai sekarang. Sempat perut buncit sampai celana hampir sempit di bagian pinggang. Namun, di bulan puasa ini, kembali berkurang. 

Kok bisa? Sebab, saya tidak makan nasi kalau sudah malam atau setelah salat Tarawih. Bagaimana mau makan, sudah kenyang duluan! Buka puasa dengan kue, roti, dan semacamnya. Setelah Maghrib, makan begitu juga. Buah juga kadang saya makan di momen ini, saya paling suka pisang. 

Istri sering menawari saya untuk makan nasi, dia sudah memasakkan dengan sayur dan lauk. Namun, saya sering menolak, sudah tidak kuat lagi makan. Simpan saja untuk sahur. 

Jadi, saat bulan puasa ini, bagi kamu yang mau menurunkan berat badan, cobalah tips dari saya, tidak usah makan nasi.

Apakah akan betul-betul berhasil? Saya juga tidak tahu, syarat dan ketentuan berlaku. Tiap orang hasilnya berbeda-beda. 

Akan tetapi, jika harus memang makan nasi, tidak bisa tidak makan nasi seperti persepsi rata-rata orang Indonesia, ya, ditakar saja. Cukup satu genggam atau lebih sedikit daripada itu. Hitung juga butirannya, ya, jangan sampai terlalu banyak! 

#30hariramadhanbercerita


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung