Stereotip Panti Jompo, Akankah Relevan dengan Budaya Indonesia?

Sumber gambar: Tribunnews.com

Sumber gambar: Tribunnews.com

Like

Mengutip dari kompas.com, Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini mengaku tidak setuju dengan konsep panti jompo sebagai tempat tinggal bagi orangtua ataupun warga lanjut usia (lansia).

Menurut dia, menempatkan orangtua atau lansia ke panti jompo bukanlah budaya Indonesia. Ia mengatakan, anak-anak atau generasi muda seharusnya justru lebih peduli dan merawat para orang tua.

Benar adanya, dalam budaya negera kita Indonesia, merawat orang tua adalah tanggung jawab moral yang dijunjung tinggi. Adat istiadat, norma sosial dan agama menekankan pentingnya anak-anak menjaga dan merawat orang tua mereka di usia senja.

Oleh karena itu, konsep pantai jompo (panti jompo atau rumah jompo) sering kali dianggap tidak sesuai dengan budaya lokal.

Namun demikian, realitas kehidupan modern mengharuskan kita untuk mempertimbangkan kembali bagaimana kita mendukung para lansia. Terutama mereka yang mungkin lebih memilih atau membutuhkan layanan pantai jompo.


Baca Juga: Asuransi Pendidikan, Jurus Jitu untuk Menciptakan Pendidikan Berkualitas Anak!



Stigma Terhadap Pantai Jompo

Masyarakat Indonesia selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan dan gotong royong. Salah satunya adalah dengan merawat orang tua sebagai kewajiban moral yang harus dilakukan setiap anak.

Pandangan ini menjadi salah satu sebab adanya stigma negatif terhadap pantai jompo. Banyak yang beranggapan menitipkan orang tua di pantai jompo sama dengan menelantarkan mereka.

Hal ini sejalan dengan pemikiran Menteri Sosial Tri Rismaharini (Risma) yang juga menolak pengadaan pantai jompo.

 

Argumen Menolak Pantai Jompo

1. Nilai Kekeluargaan

Menitipkan orang tua di pantai jompo dianggap mengabaikan tanggung jawab anak terhadap orang tua mereka.

Pada umumnya anak-anak di Indonesia ketika sudah dewasa dan berkeluarga tetap merasa berkewajiban untuk tinggal bersama atau setidaknya dekat dengan orang tua.

Hal tersebut untuk memastikan orang tua mendapatkan perawatan dan kehidupan yang layak di masa tuanya.
  
 

2. Stigma Sosial

Menitipkan orang tua di pantai jompo adalah hal tabu. Kebanyakan orang menganggap bahwa keluarga yang menitipkan orang tua di pantai jompo berarti mereka tidak berbakti dan tidak peduli terhadap orang tuanya.

Baca Juga: 4 Langkah Menginvestasikan Pendidikan Anak Sejak Dini!

Hal ini menciptakan tekanan sosial yang kuat. Sehingga membuat pilihan untuk menggunakan layanan pantai jompo menjadi lebih sulit.

 

3. Kualitas Perawatan

Kekhawatiran tentang kualitas perawatan di pantai jompo sering kali menjadi alasan utama. Banyak yang merasa bahwa perawatan di rumah, dengan cinta dan perhatian dari anggota keluarga, jauh lebih baik daripada di institusi.