Pusat Data Nasional Mati, Bener Enggak Sih Kekurangan SDM yang Jago IT?

Sumber : https://id.pngtree.com/freepng/information-technology-collection_9059534.html

Sumber : https://id.pngtree.com/freepng/information-technology-collection_9059534.html

Like

Sudah seminggu ini rakyat Indonesia dibuat ketar-ketir dengan lumpuhnya Pusat Data Nasional yang berimbas pada terhambatnya layanan imigrasi dan banyak kementerian tidak bisa mengakses data-data pentingnya. Masalahnya, hanya ada 2% saja data yang bisa di backup. Sisanya, terancam hilang bak ditelan bumi. Jika mau tetap diproses datanya, mereka pun harus melakukan penginputan kembali. 

Bagaimana bisa pusat data nasional mati diserang hacker dengan mudah? Dari informasi yang dihimpun oleh CNBC Indonesia, insiden ini merupakan serangan ransomware BrainChipper, jenis terbaru dari ransomware Lockbit 3.0.

Sedihnya lagi, pemerintah kita masih mengandalkan Microsoft Defender sebagai antivirusnya. Padahal, software bawaan Microsoft ini terbilang sudah tua dan lebih cocok digunakan untuk personal atau bisnis kecil, kurang mumpuni kalau untuk skala besar.

Lantas, kenapa tidak menggunakan software antivirus seperti Avira atau Avast saja yang lebih capable?      Bukankah anggaran negara sangat cukup untuk membeli lisensi resminya, apalagi ini kan demi keamanan data negara. 
       
Baca Juga: Pusat Data Nasional Mati, Layanan Publik Kena Dampaknya!


Bukan kali ini saja sistem kita diretas, sebelumnya ada kasus peretasan data internal POLRI, bpjs kesehatan dan kemenhan RI. Tapi, kenapa hal serupa terus berulang seakan tidak ada refleksi dan tindak pencegahannya? Dimanakah peran anak-anak IT kita di saat genting seperti ini? 
     
Saya sempat melihat struktur BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) yang mayoritas justru diisi oleh TNI dan POLRI. Bukankah seharusnya BSSN menunjuk mereka yang berlatar belakang lebih relevan? Sesuai namanya, BSSN akan banyak berkutat dengan urusan internet, penyimpanan data-data dan sistem.

Bagaimana menyelesaikan masalah-masalah tersebut kalau pekerjanya saja tidak punya pengetahuan di bidang itu?