Bersama Mewujudkan Ketahanan Pangan Nasional, Dari Riset hingga Lapangan

Laboratorium dan riset pertanian. Freepik.com

Like

Mengutip dari Bisnis.com, Pemerintah akan menyiapkan anggaran sekitar Rp20 miliar-Rp40 miliar untuk riset dan inovasi sejumlah komoditas pangan, guna menciptakan kemandirian pangan. Sebagai langkah awal, riset akan berfokus pada empat komoditas yakni gandum, kedelai, bawang putih, dan jagung.

Be-emers, kebijakan pemerintah ini perlu diapresiasi mengingat pentingnya riset sebagai fondasi dalam mewujudkan ketahanan pangan jangka panjang.

Namun, pertanyaan adalah, apakah strategi ini tepat mengingat bagaimana kondisi pertanian Indonesia?

Jika kita sesuaikan dengan kondisi Indonesia, ada beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dari kebijakan ini, yaitu: jumlah anggaran untuk tiga sampai empat tahun mendatang, komoditas yang perlu dipertimbangkan ulang, peran petani dan kolaborasi kebijakan.
 

1. Anggaran Kecil untuk Masalah Besar

Secara awam, 40 miliar bukanlah jumlah yang sedikit. Namun, mengingat bagaimana besarnya tantangan ketahanan pangan di Indonesia, angka tersebut tampaknya masih kurang mencukupi terlebih untuk tiga sampai empat tahun ke depan.

Kebijakan tersebut memiliki empat komoditas yang dikembangkan, padahal untuk satu komoditas varietas unggul saja, dibutuhkan miliaran rupiah, dan itu belum termasuk:
  • Pembangunan laboratorium dan kebun atau lahan percobaan,
  • Pelatihan petani dan pendamping lapangan,
  • Uji multi-lokasi dan standarisasi benih.
Oleh karena itulah, besarnya anggaran 40 miliar tersebut perlu dipertanyakan.


Baca Juga: 5 Cara Mengapresiasi Pahlawan Pangan di Hari Krida Pertanian Bersama 5P Pupuk Kaltim
 

2. Gandum, Komoditas yang Perlu Dipertimbangkan Ulang

Indonesia adalah negara beriklim tropis, tetapi salah satu komoditas yang dikembangkan adalah gandum. Hal ini tentu perlu dipertimbangkan ulang.

Sebab gandum membutuhkan suhu lembab dan gandum juga memiliki produktivitas rendah dibandingkan padi dan jagung.

Di samping itu, gandum membutuhkan biaya produksi yang lebih tinggi dibandingkan kompoditas lain.

Atas dasar itu, memasukan gandum sebagai varietas unggulan memiliki risiko besar. Alangkah baiknya memilih komoditas lain sebagai penggantinya.

Seperti sorgum, jagung atau sagu yang sudah teruji lebih adaptif dengan iklim tropis Indonesia
 

3. Minimnya Keterlibatan Petani

Petani adalah aktor penting dalam ketahanan pangan nasional, tetapi selama ini riset-riset yang sudah ada seringkali kali hanya menempatkan petani sebagai objek, bukan subjek.

Petani tidak dilibatkan langsung dalam riset, hal ini mengkhawatirkan. Riset hanya bersifat konseptual yang sulit diterapkan di lapangan.

Semestinya petani ditetapkan sebagai co-creator yang tidak hanya menerima hasil tetapi juga dilibatkan langsung dalam riset.