Ilustrasi titik support dan resistance. (Sumber: Canva)
Likes
Be-emers, dalam grafik sebuah aset trading, support dan resistance memang mudah dilihat karena berbentuk titik. Akan tetapi, dua indikator ini cukup tricky untuk digunakan bagi para pemula lho. Walau begitu, titik-titik ini bisa dengan mudah untuk kita ketahui dan pelajari.
Sederhananya, kalau diibaratkan sebuah bangunan, support adalah lantai dan resistance puncak atapnya. Support merupakan batas terbawah harga sebuah aset yang sulit ditembus para trader di pasar modal dalam jangka waktu tertentu. Sementara, resistance adalah titik puncak teratas dari harga sebuah aset yang bisa menghasilkan cuan.
Dengan memahami dua indikator ini, dapat membantu kita dalam analisis teknikal dan membuat cuan jadi lebih optimal. Meskipun titik-titik ini bukanlah kepastian yang dapat menghasilkan cuan di pasar hari ini. Namun, konsep ini bisa membantu kita dalam menentukan momentum keluar dan masuk pasar.
Lantas, bagaimana caranya supaya cuan hanya menggunakan support dan resistance? Berikut beberapa analisis dasar yang dapat membantumu menentukan support dan resistance.
Baca Juga: Trader Wajib Tahu! Istilah Support dan Resistance dalam Trading
Cara Cuan Lewat Support dan Resistance
1. Trendlines
Metode trendlines. (Sumber gambar: TradingView/Investopedia)
Di antara banyaknya metode analisis teknikal, trendlines merupakan salah satu metode yang sangat mudah untuk diaplikasikan. Caranya, kamu tinggal menarik garis pada tren harga pasar, dan kamu langsung bisa deh menentukan dimana titik support dan resistance.
Pada metode ini, kamu juga dapat menemukan bahwa tren naik-turun seringkali memiliki arah yang tak tentu. Uptrend terjadi saat harga tertinggi, dan dikalahkan oleh titik yang lebih tinggi atau higher high. Sementara downtrend yang merupakan kebalikannya, akan membentuk palung-palung yang dalam dan semakin dalam saat tren mula menurun.
Meski penerapannya sangat mudah, tapi pada penggunaan trendlines tetap harus dikombinasikan dengan metode analisis teknikal yang lain. Misalnya, moving average yang merupakan rata-rata dari pergerakan harga sebuah aset dalam rentang waktu tertentu.
2. Gunakan Pergerakan Major dan Minor
Selanjutnya, karena pergerakan titik support dan resistance tampak semu atau minor, jadi biasanya titik-titik tersebut tidak akan bertahan lama. Hal ini sering terjadi saat harga aset sedang membuat tren menurun atau menaik.Misalnya, jika pada grafik tren harga sedang melandai. Tentu posisi harga akan turun terus, hingga membuat titik support baru.
Setelah itulah, harga aset pun kemudian memantul. Hanya saja, harga tersebut masih tetap turun lagi, karena secara umum trennya memang masih turun. Nah, pantulan singkat tadi lah yang disebut sebagai pergerakan minor.
Contoh grafik harga aset dengan support dan resistance. (Sumber gambar: pluang.com)
Hal tersebut juga berlaku ketika tren harga sebuah aset sedang menanjak. Biasanya, pergerakan minor akan terjadi di kala harga melandai, sebelum akhirnya melesat ke titik resistance yang lebih baru lagi.
Nah, saat downtrend, kalau harganya turun di bawah level support minor-nya. Artinya, kita bisa mengetahui bahwa tren penurunan masih akan berlanjut. Akan tetapi, jika harga terhenti dan memantul menuju titik support yang lebih tinggi dari sebelumnya, baru lah arah pergerakan harga telah berubah menuju support major.
Dengan memahami pergerakan minor ini, Be-emers jadi bisa menentukan posisi untuk keluar dan masuk ke pasar. Engga mustahil lho buat kamu bisa memutuskan masuk pasar kalau memang terjadi support pada saat uptrend, begitu pun sebaliknya.
Sementara itu, area support dan resistance major merupakan level harga aset terendah dan tertinggi yang bisa menyebabkan pembalikan tren harga aset. Jika harga sedang menanjak, tapi kemudian berbalik melandai. Maka, harga yang akan muncul saat pergerakan berikutnya terjadi adalah level resistance yang kuat. Nah, titik puncak tersebut lah yang disebut sebagai resistance major.
Support dan resistance major terjadi karena cerminan dari aksi para pelaku pasar. Sebab, biasanya trader akan masuk pasar dan melakukan aksi beli saat support major, sehingga harga sebuah aset akan berbalik menguat setelahnya.
Sebaliknya, aksi ambil cuan juga terjadi saat harga mencapai resistance major. Maka dari itu, harga sebuah aset sering kali melandai setelahnya.
Baca Juga: Trader Pemula? Begini Cara Jitu Memilih Time Frame di Tradingview
3. False Breakout
False breakout atau alarm palsu dalam membaca pergerakan grafik harga aset memang jarang terjadi. Kondisi false breakout merupakan momen di mana harga akan bergerak sedikit lebih jauh dari yang kita harapkan.Misalnya, kamu menganalisis dan menemukan ada support di satu titik dengan harga Rp100.000. Bisa jadi, harga yang ada turun sedikit lebih rendah dari titik tersebut, hingga menyentuh Rp97.000 atau Rp99.000. Sebelum akhirnya naik lagi.
Meski begitu, alarm palsu ini sebetulnya menjadi peluang yang sangat baik dalam trading. Sebab, kondisi ini dapat menjadi kunci mencari cuan, apalagi saat pasar sedang mengalami uptrend.
Ketika harga sebuah aset sedang menanjak. Namun, tiba-tiba kembali ke arah support, bahkan lebih rendah. Nah, kamu bisa mengambil kesempatan itu untuk mengakumulasi aset tersebut, sebelum harganya kembali naik. Begitu harga sudah di puncaknya, happy cuan deh Be-emers.
Demikian pula saat tren sedang turun, dan harga menaik kembali ke resistance. Biarkan harga menembus di atas resistance dan setelahnya lakukan penjualan ketika harga mulai turun.
Walau terlihat mudah dan menggiurkan, ingatlah kalau false breakout tidak akan selalu terjadi. Makanya, kamu harus pintar-pintar dalam mengambil peluang trading saat momentumnya datang. Anggap saja, jika false breakout terjadi, Be-emers sedang tertimpa durian runtuh, ya.
Editor: Rachma Amalia
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.