Sah! DPR Ketok Palu UU KIA, Ini yang Perlu Dilakukan Perempuan

Ibu dan Bayi. Sumber gambar: Pixabay

Like

Cuti melahirkan umumnya berlangsung sekitar 6-12 minggu, tergantung pada negara, perusahaan, dan peraturan lokal.

Dalam beberapa negara, seperti Indonesia, ada aturan yang mengharuskan perusahaan memberikan cuti melahirkan untuk ibu selama delapan minggu.

Namun, hal ini dapat bervariasi tergantung pada negara, perusahaan, dan tipe pekerjaan.

 
Cuti melahirkan sangat penting bagi ibu hamil karena: 1) mempersiapkan kelahiran serta memperhatikan anak baru mereka, 2) penting untuk pemulihan, baik secara fisik dan emosional akibat kehamilan dan melahirkan,

3) penting untuk menyusui, ibu yang terlepas dari pekerjaan selama cuti melahirkan dapat lebih mudah untuk menyusui anak mereka. Ini merupakan bagian penting dari pengembangan anak
 
Aturan cuti enam bulan sebenarnya sudah sesuai dengan aturan International Labour Organization (ILO).

Munculnya aturan cuti ini awalnya memang diniatkan untuk membantu mewujudkan kesejahteraan ibu dan anak, yaitu untuk membantu mengatasi 1000 hari pertama ibu dan anak pasca melahirkan. 
 
Di Indonesia aturan ini diperinci lagi yaitu cuti pertama tetap tiga bulan dan ibu tersebut berhak mendapat gaji penuh 100%.


Lalu boleh ditambah tiga bulan lagi jika memang dibutuhkan atau ada masalah tetapi dengan konsekuensi dengan hanya menerima upah sebesar 75%. Ibu pekerja tersebut juga tidak boleh diberhentikan kerja karena cuti.
 
Kebijakan ini, tentu saja akan membawa efek positif dan negatif. Efek positifnya adalah jika perusahaan tidak terpengaruh dengan kebijakan tersebut, sehingga ibu dapat menikmati fasilitas cuti panjang tersebut.

Baca Juga: Urgensi Membeli Asuransi, Hal yang Perlu Kamu Pertimbangkan!

Efek negatifnya adalah jika perusahaan melihat ini sebagai sesuatu yang merugikan perusahaan. Bagi perusahaan, memberi cuti selama enam bulan dengan tetap menggaji pegawai tersebut, dikalikan sebanyak jumlah pegawai wanita yang ada di perusahaan tersebut adalah sebuah kerugian.

Ini mungkin akan berdampak, perusahaan akan mengurangi jumlah kuota untuk wanita seminimal mungkin, dan menetapkan aturan seorang wanita diminta resign ketika dia menikah atau hamil.