What - Canva
Likes
Seperti yang diketahui, di tanggal 18-19 November 2020 kemarin, telah berlangsung agenda Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia. Berdasarkan hasil dari RDG tersebut, Bank Indonesia telah memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan menjadi 3,75 persen lho, Be-emers!
Adapun, suku bunga yang diturunkan tersebut merupakan suku bunga BI 7-Day Reserve Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin.
Dilansir dari laman Bank Indonesia, BI7DRR ini merupakan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru yang sudah berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016. Kalau dilihat dari fungsinya, BI7DRR ini digunakan sebagai suku bunga kebijakan baru karena dapat secara cepat mempengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil.
Selain itu, hasil dari RDG tersebut juga telah memutuskan kalau suku bunga Deposit Facility turun jadi 3 persen. Sementara itu, suku bunga Lending Facility pun diturunkan menjadi 4,5 persen.
Baca Juga: Aplikasi dari OJK Ini Bisa Bantu Kamu Cari Bank atau Layanan Keuangan Terdekat Lho
Menurut Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dikutip dari Bisnis, keputusan penurunan suku bunga acuan ini telah mempertimbangkan inflasi yang lemah, stabilitas eksternal yang terjaga, dan sebagai langkah lanjutan untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Di sisi lain, pihak Bank Indonesia juga melihat fungsi intermediasi di sektor keuangan masih lemah nih, Be-emers. Hal itu sejalan dengan permintaan domestik yang blm kuat
Berdasarkan data Bank Indonesia, pertumbuhan kredit pada kuartal III/ 2020 telah tumbuh hingga 0,12 year-on-year (yoy) dan dana pihak ketiga (DPK) 12,88 persen yoy. Selain itu, pertumbuhan kredit juga terkoreksi 0,47 persen pada Oktober 2020.
Prediksi di Tahun 2021
Sementara itu, pihak Bank Indonesia juga memprediksi kalau inflasi di akhir tahun 2020 bakal lebih rendah dari batas bawah target. Hal itu sejalan dengan upaya yang dilakukan Bank Indonesia, yang diketahui terus menjaga stabilitas harga dan selalu berkoordinasi dengan pihak pemerintah.Enggak cuma itu, defisit transaksi berjalan pun diprediksi bakal tetap rendah. Perry juga meyakini kalau defisit tahun ini berada di bawah 1,5 persen PDB dan tetap rendah pada tahun depan.
Adapun, ke depannya, pihak Bank Indonesia menilai penguatan nilai tukar rupiah berpotensi berlanjut. Soalnya nih, nilainya secara fundamental diyakini masih undervalued, dan kondisi defisit transaksi berjalan dan inflasi yang rendah, serta adanya daya tarik aset yang tinggi, dan premi risiko juga menurun.
Baca Juga: Tertarik Beli Rumah KPR Subsidi? Bank Ini Tawarkan Bunga Tetap 10 Persen untuk 3 Tahun
Tulis Komentar
Anda harus Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.