Lebih Unggul dari Bluechip, Begini Tips untuk Berburu Saham Lapis Dua

Trading - Canva

Trading - Canva

Like

Diam-diam nih, ternyata kinerja saham-saham lapis dua dan tiga terpantau lebih unggul (outperform) dibanding saham bluechip lho, Be-emers! Hal itu bahkan terjadi sejak awal tahun 2021.

Saham lapis kedua dan ketiga yang ada dalam indeks saham IDX SMC Composite dan IDX SMC Liquid ini terpantau naik lebih tinggi dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Indeks LQ45.

Dari data Bursa Efek Indonesia, yang dilansir Bisnis, per 5 Maret 2021 indeks IDX SMC Composite naik 8,99 persen (outperform), sedangkan IHSG hanya tumbuh 4,68 [persen secara year-to-date (ytd).

Sementara itu, IDX SMC Liquid, yang notabene terdiri dari 51 saham berkapitalisasi menengah dan kecil paling likuid itu mengalami kenaikan kinerja 3,98 persen. Angka tersebut berhasil mengalahkan indeks LQ45 yang berisi saham dengan kapitalisasi besar, dimana indeks LQ45 hanya menguat 0,69 secara ytd.

Adapun, peningkatan kinerja yang dialami saham-saham lapis kedua dan ketiga tersebut terjadi seiring dengan meningkatnya porsi investor ritel dalam negeri lho!


Hal ini tentu saja jadi perhatian para investor. Enggak heran, banyak investor yang mulai berburu saham-saham lapis kedua dan ketiga.

Kamu juga tertarik buat berburu saham lapis kedua dan ketiga enggak nih, Be-emers?

Eits, tunggu dulu. Soalnya, selain terjadi pada saham-saham yang memang berfundamental baik, akumulasi berli investor ritel biasanya juga terjadi di saham-saham “pompom”.

Bahkan menurut Direktur Panin Asset Management Rudiyanto, dikutip dari Bisnis, investor lokal biasanya enggak punya preferensi investasi harus ke saham dengan kapitalisasi besar dan likuid seperti investor asing.

Jadi, apa yang harus dilakukan investor ritel?
 

Perhatikan Strategi Analisis Saham

Rudiyanto menilai, investor perlu untuk selalu memperhatikan strategi investasi saham baik secara fundamental maupun teknikal untuk saham-saham lapis kedua maupun ketiga.

Jadi, untuk kamu yang berinvestasi dengan basis analisis fundamental, kamu bisa memperhatikan selalu valuasi dari harga saham itu sendiri.

Selain dari “pompom” saham atau istilah lainnya bandarmology, biasanya saham yang harganya naik tinggi didorong oleh valuasi yang sudah murah.

Sedangkan untuk kamu yang berbasis analisis teknikal, kamu harus disiplin dengan rencana investasi. Soalnya, menurut Rudiyanto, ketika investor enggak disiplin di saat volatilitas tinggi, maka pas lagi turun, bisa jadi kerugiannya besar.

Baca Juga: Waspada Tren Bandarmology, Gimana Sih Cara Menganalisis Saham?