Momen Ramadhan, Saatnya Para Perokok Belajar Toleransi!

Like

Kini, Saatnya Berbalik

Efek atau resiko dari rokok itu memang tidak dirasakan langsung oleh perokok aktif, maupun pasif. Namun, yang jelas, bahaya tersebut seperti bom waktu.

Nanti, akan meledak jika sudah saatnya. Kalau sudah seperti itu, siapa yang dirugikan? Jelas, diri sendiri dan orang lain, dong!

Kalau diamati, merokok itu memang bagaikan bunuh diri. Ya, bunuh diri yang tidak seperti gantung diri atau loncat dari tempat tinggi. Bunuh dirinya para perokok itu pelan-pelan. Perlahan-lahan. 

Baca Juga: Minyak Makan Merah: Pengganti Minyak Goreng yang Disebut Jokowi Lebih Sehat dan Bergizi

Bunuh diri, mendapatkan hukuman yang berat di hari kiamat. Siapa yang menusuk dirinya dengan pisau, maka di neraka Jahannam akan begitu juga.


Tentunya jauh lebih berat, lah yauw! Begitu juga yang lompat dari gedung tinggi, akan merasakan azab yang sama di neraka berkali-kali lipatnya. 

Para perokok mestinya sadar sejak awal bahwa tindakan merokok mereka selama ini adalah membunuh diri secara perlahan-lahan.

Sudah diberikan tubuh yang sehat dan baik dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala, bukannya dijaga, kok malah mau dirusak?

Bukannya dijaga agar lebih sehat, malah mau dijadikan penyakit yang berat? Itu logikanya di mana, sih? Herman saya, maksudnya heran saya. Eh, Herman teman saya juga seorang perokok!

Baca Juga: Keuntungan SEO dalam Menjalankan Bisnismu, Hemat Tanpa Perlu Tim IT!

Saat di luar bulan suci Ramadhan, kita yang bukan perokok sudah sangat bertoleransi kepada para perokok. Saya sering menampilkan bahasa tubuh menutup hidung agar perokok di dekat saya menghindar, segera selesai urusan dengan saya, atau mematikan rokoknya.

Namun, begitulah perokok, sensitivitas mereka sudah lenyap seperti lenyapnya asap rokok dibawa angin. 

Nah, masuk di bulan Ramadhan ini, para perokok didorong untuk bertoleransi dengan yang bukan perokok. Mereka diajarkan bahwa beginilah keadaan yang indah.

Saling menghormati, saling menghargai. Para perokok menyebarkan penyakit melalui asap rokoknya, kini tidak ada lagi untuk sementara waktu di siang hari bulan puasa. 

Kita akan makin bersyukur jika para perokok itu semakin paham bahwa merokok di tempat umum itu memang sangat tidak baik.

Sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. Kalau orang yang merugikan orang lain, berarti termasuk seburuk-buruknya orang, begitu logikanya bukan? Tinggal dibalik saja. 

Baca Juga: Bea Cukai Batasi Barang Impor, Bagaimana Nasib Jastiper?

Jika sekarang kita susah untuk menegur para perokok,  maka sebenarnya kita punya investasi yang sangat berharga. Kita bisa menabung untuk jangka yang sangat panjang, bahkan melebihi dunia ini, yaitu: sampai di akhirat nanti. Apakah itu?

Jawabannya, itu adalah pembalasan yang setimpal. Bila kita merugikan orang lain atau zalim terhadap orang lain, maka pahala kita bisa diambil olehnya.

Kalau sudah pahala kita habis, sementara masih kurang hitungannya, maka dosa orang itu akan ditimpakan kepada kita. Subhanallah. Naudzubillah min dzalik. 

Para perokok, perlu dipikirkan nih, berapa banyak orang yang menderita karena asap rokoknya? Sudah berapa tahun kamu merokok? Semakin lama kamu merokok, maka akan semakin banyak orang yang menjadi korban. 

Bila sudah semakin banyak orang yang menjadi korban, maka tunggulah, di akhirat nanti mereka akan meminta pertanggungjawabanmu.

Mereka sakit di dunia gara-gara asap rokokmu, maka di akhirat mereka akan minta ganti rugi. Bukan dengan uang, bukan dengan harta, melainkan dengan pahala. 

Sudah merokok itu seperti bunuh diri, pahala diambil pula oleh para korban, masih kurang, dosa mereka ditimpakan kepadamu.

Kalau sudah begitu, mau berharap apalagi? Itu bisa menjadi penderitaan di atas penderitaan di akhirat kelak. Mengerikan deh, sangat mengerikan! 

Baca Juga: Kisah Sukses Zang Hongchao, Pendiri Es Krim Mixue yang Meraup Angka Triliunan

Taufik Ismail, seorang penyair puisi kondang di negeri ini, pernah menyebut rokok sebagai "Tuhan Sembilan Senti". Memang, begitulah adanya.

Mereka merasa tidak bisa hidup tanpa rokok, kalau bekerja tidak sanggup tanpa merokok, merokok mati, tidak merokok mati, jadi lebih baik merokok, itulah yang selalu dikemukakan sebagai syubhat. 

Begitu juga potongan ceramah Aa Gym yang divisualisasikan dalam sebuah video kartun pendek. Ada yang bertanya kepada pemilik pabrik rokok, "Kenapa Bapak tidak merokok?" 

Ternyata, jawabannya cukup mengejutkan. "Rokok ini 'kan memang diciptakan untuk orang-orang yang tidak bisa membaca." Wah, benar juga, dalam kemasan rokok ada larangannya, tetapi tidak dibaca atau memang tidak mau dibaca?

#30hariramadhanbercerita



---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.