Industri Tekstil RI sedang mengalami terpaan badai, yang mengakibatkan PHK masal. Salah satu penyebabnya adalah politik dumping dalam perdagangan seperti yang diungkapkan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.
Namun, dengan kondisi tersebut Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, justru mengambil langkah kontroversi dengan menggelar karpet merah untuk industri tekstil China.
Meskipun Luhut mensyaratkan pertumbuhan ekonomi nasional 6,5-7 persen atas pemberian karpet merah tersebut, dapatkan hal itu menjadi jaminan?
Akan tetapi dampak negatif dari masuknya industri tekstil China ke Indonesia cukup signifikan, terutama bagi industri lokal. Berikut beberapa dampak negatif yang mungkin terjadi:
1. Penurunan Industri Tekstil Lokal
Industri tekstil lokal yang tengah terpuruk sangat mungkin tidak mampu bersaing dengan perusahaan China yang memiliki teknologi lebih maju, biaya produksi lebih rendah, dan kemampuan produksi massal. Hal ini semakin menenggelamkan produksi atau bahkan penutupan banyak pabrik lokal.
2. Kehilangan Pasar
Produk tekstil lokal bisa kehilangan pangsa pasar domestik dan internasional, karena produk-produk dari China yang lebih murah.
3. Pengangguran
Penurunan atau penutupan pabrik-pabrik tekstil lokal akan mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan meningkatkan tingkat pengangguran.
4. Kesulitan Penyerapan Tenaga Kerja
Pekerja yang terkena PHK akan sangat mungkin kesulitan mencari pekerjaan baru di industri yang sama karena kompetisi dengan pekerja fresh graduate dan dari perusahaan China.
5. Ketergantungan Ekonomi
Indonesia akan mengalami ketergantungan yang berlebihan pada investasi dari China. Sehingga membuat ekonomi Indonesia rentan terhadap perubahan kebijakan atau kondisi ekonomi China.
Komentar
06 Jul 2024 - 06:21
Masih menjadi PR bagi menteri-menteri di Indonesia