Smart Farming: Tranformasi Pertanian dari Cangkul ke Smartphone

Smart Farming: Transformasi Pertanian dari Cangkul ke Smartphone (Foto Freepik.com)

Like

Be-emers, apa yang kamu bayangkan mengenai pekerjaan petani? Bekerja keras di sawah berlumpur, kehujanan, dan kepanasan di bawah terik matahari?

Mungkin begitulah yang terlintas dalam bayangan sebagian orang. Tak heran jika hal itu membuat generasi muda enggan menjadi petani. 
 
Namun, jangan salah Be-emers, saat ini teknologi semakin berkembang bahkan hingga ke dunia pertanian. Dengan menerapankan smart farming pertanian menjadi lebih efisien, bersih, dan canggih. 
 

Apa itu Smart Farming? 

Smart Farming atau pertanian pintar adalah konsep pertanian cerdas berbasis teknologi modern. Tujuannya adalah untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, serta menghemat waktu dan tenaga.
 
Jadi, menjadi petani bukan berarti kamu harus membawa cangkul dan berjibaku dengan lumpur, karena kamu bisa menerapkan teknologi seperti Internet of Things (IoT), sensor, analitik data, dan kecerdasan buatan (AI).
 
Bahkan kamu juga bisa memantau pertanian, mengontrol dan mengoptimalkan berbagai aspek pertanian.

Seperti kondisi tanah, tanaman, dan juga lingkungan. Bukan hanya itu, kamu juga bisa memantau lahan dari layar ponsel, mengatur irigasi otomatis, bahkan mengelola data panen secara digital. Bagaimana, tertarik menjadi petani?

Baca Juga: Ketahanan Pangan Nasional: Kolaborasi Menghadapi Tantangan dan Mitigasi Gagal Panen
 

Generasi Muda Harus Terjun dalam Pertanian, Mengapa?

Mau tidak mau dan suka tidak suka, pertanian merupakan sektor kunci akan ketersediaan pangan di dunia. Di mana pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh setiap individu.
 
Lebih jauh, pertanian bukan hanya pensuplai makanan tetapi juga merupakan penyokong perekonomian, melestarikan lingkungan, juga merupakan solusi masalah global seperti kelaparan dan perubahan iklim.

Ditambah dengan adanya smart farming pertanian merupakan sektor yang menjanjikan dari segi bisnis.
 
Sayangnya, pertanian saat ini lebih dominan dijalankan oleh generasi milenial yang hampir melewati usia produktif. Oleh karenanya perlu adanya regenerasi demi keberlanjutan sektor pertanian ini.
 
Sementara generasi muda seakan enggan terjun ke dunia pertanian. Beberapa hal yang sering kali menjadi alasan, seperti:
 
  • Pandangan bahwa bekerja di sektor pertanian artinya bekerja keras, kasar dan masa depan kurang menjanjikan.
  • Anggapan bahwa sektor pertanian kurang invosi dan tidak adanya ketersediaan teknologi yang memadai.
Padahal jika ditekuni, bisnis di bidang pertanian dengan menerapkan Smart Farming bisa menghasilkan omset jutaan 
 
Sebagai contoh, kamu bisa belajar dari kesuksesan Kak Almanda Zerara, Co-Founder dari Mycrogreens.id yang kisah suksesnya ada di katalogue Bisnis muda.
 
Selain itu, banyak juga start-up di Indonesia yang bergerak dalam bidang pertanian seperti TaniHub, eFishery, hingga iGrow dan lain sebagainya.


Baca Juga: Pentingnya Mitigasi Perubahan Iklim dalam Pertanian
 

Menerapkan Digitalisasi dalam Bidang Pertanian

Lantas, bagaimana caranya menerapkan digitalisasi pertanian dan bagaimana caranya menjadi petani modern? Jika tertarik dan ingin menjadi petani modern, kamu bisa menerapkan beberapa langkah berikut:
 

1. Mempelajari teknologi dasar smart farming (loT, robotika, big data, AI dan machine learning). 

Untuk mempelajarinya kamu bisa menggunakan berbagai cara dari mengikuti kelas, baik yang berbayar atau gratis atau juga bisa mendapatkan informasi dari berbagai sumber, seperti YouTube dan lain sebagainya.