6 Tradisi Khas Ramadan di Berbagai Daerah: Dari Bersih-Bersih Hingga Makan-Makan

Like

2. Malamang (Sumatra Barat)

Malamang yakni sebuah tradisi unik yang berasal dari masyarakat Minangkabau, Sumatra Barat, Indonesia. Tradisi ini dilakukan menjelang bulan Ramadan dan memiliki makna yang dalam bagi masyarakat setempat.

Malamang biasanya dilakukan pada malam terakhir sebelum bulan Ramadan dimulai. Pada malam tersebut, masyarakat Minangkabau melakukan persiapan untuk menyambut bulan puasa dengan berbagai kegiatan, termasuk membersihkan rumah dan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk menjalankan ibadah puasa.

Baca Juga: 5 Fakta Unik Kue Keranjang, Sambut Tahun Baru Imlek!

Dalam tradisi ini, warga Minang biasa melakukan tradisi Malamang atau membuat lemang, sehingga bulan sebelum puasa sering juga disebut bulan Lemang (lamang).

Lemang sendiri merupakan makanan tradisional berupa beras ketan yang dimasukkan ke dalam bambu yang panjang, disisipkan daun pisang, lalu dibakar.


Tradisi membuat lemang ini terkenal di dilakukan di beberapa daerah Sumatera Barat seperti Padang, Pariaman, Padang Pariaman, dan Painan.

Selain untuk bulan puasa, lemang pun kerap dijadikan makanan acara hajatan atau kekerabatan.



3. Pacu Jalur (Riau)

Tradisi yang berasal dari Riau ini biasanya dilaksanakan setiap tahunnya dalam rangka merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia, yang jatuh pada tanggal 17 Agustus.

Namun, tradisi ini juga turut dilakukan ketika menyambut bulan Ramadan dan hari besar Islam. Tradisi yang sangat unik ini merupakan perlombaan dayung perahu berukuran 40 meter, berisi 40 hingga 60 orang, dan berlokasi di Sungai Kuantan. 

Baca Juga: Inemuri, Tidur Siang Ala Jepang yang Bisa Ditiru!

Perlombaan Pacu Jalur tidak hanya sekadar ajang balapan perahu, tetapi juga menjadi sarana untuk mempererat hubungan antar warga di sepanjang sungai serta memperkuat rasa persatuan dan kebangsaan.

Selain itu, Pacu Jalur juga menjadi ajang untuk mempertunjukkan keahlian dan keterampilan dalam mengendalikan perahu tradisional.



4. Munggahan (Jawa Barat)

Munggahan secara harfiah memiliki arti "bersilaturahmi" atau "bertemu kembali". Tradisi ini biasanya dilakukan dengan mengundang sanak keluarga, tetangga, dan teman-teman untuk berkumpul di rumah.

Selain itu, Munggahan juga menjadi momen untuk berbagi rezeki dengan sesama, baik dalam bentuk makanan maupun pemberian sedekah.

Selama acara Munggahan, biasanya disajikan hidangan khas Jawa Barat seperti nasi liwet, sate maranggi, dan berbagai jenis kue tradisional.

Baca Juga: Menyelidiki Akar Permasalahan: Faktor-Faktor yang Menghambat Peningkatan Martabat Guru

Belakangan, istilah Munggahan ini banyak digunakan oleh masyarakat yang bahkan di luar dari Jawa Barat. Dalam hal ini, istilah Munggahan sudah menjadi bahasa yang akrab digunakan untuk menyambut bulan Ramadan.



5. Nyadran (Jawa Tengah)

Nyadran dilakukan oleh masyarakat Jawa Tengah sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur atau roh nenek moyang.

Nyadran biasanya dilaksanakan menjelang bulan Ramadan atau pada bulan-bulan tertentu dalam penanggalan Jawa.

Selama Nyadran, masyarakat biasanya berkumpul di pemakaman leluhur untuk melakukan berbagai ritual dan kegiatan.

Baca Juga: Keresahan Netizen +62, Diaspora hingga Guru Besar Kampus “Turun Gunung” Jelang Pesta Demokrasi Pemilu 2024

Salah satu kegiatan yang umum dilakukan adalah membersihkan makam dan tempat peristirahatan terakhir para leluhur, serta menata kembali makam-makam tersebut agar terlihat rapi dan terpelihara.

Selain itu, acara ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu Kenduri atau pembacaan ayat Al-Quran, zikir, tahlil, doa bersama, dan ditutup dengan makan bersama sambil menggelar tikar di pinggir jalan dan menyajikan makanan tradisional.

Kemudian, acara dilanjutkan dengan Besik atau pembersihan makam, dan ditutup dengan ziarah kubur. Masyarakat juga biasanya mengadakan acara kesenian tradisional seperti wayang kulit, ludruk, atau tarian rakyat sebagai bagian dari perayaan Nyadran.


6. Megibung (Bali)

Dalam tradisi Megibung, masyarakat akan menghidangkan satu loyang besar nasi yang diletakkan di wadah beralaskan daun pisang yang disebut “gibungan”, sementara lauk pauknya pun disajikan di atas daun pisang dan disebut “karangan” dan diletakkan di tengah-tengah meja.

Orang-orang yang berpartisipasi dalam acara Megibung duduk berjejer di sekeliling dulang dan makan bersama-sama tanpa menggunakan sendok atau garpu.

Mereka menggunakan tangan kanan untuk mengambil makanan dari dulang dan memakannya.

Baca Juga: Hati-Hati Propaganda, Yuk Pilah Pilih Tontonan YouTube!

Hidangan yang disajikan dalam Megibung biasanya beragam dan mencakup berbagai jenis masakan tradisional Bali, seperti ayam betutu, bebek tutu, lawar, sate lilit, nasi jinggo, dan berbagai macam lauk pauk serta sayuran lokal.

Setiap hidangan memiliki cita rasa khas Bali yang lezat dan merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner Bali. 

#30HariRamadhanBercerita


---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Punya opini atau tulisan untuk dibagikan juga? Segera tulis opini dan pengalaman terkait investasi, wirausaha, keuangan, lifestyle, atau apapun yang mau kamu bagikan. Submit tulisan dengan klik "Mulai Menulis".
 
Submit artikelnya, kumpulkan poinnya, dan dapatkan hadiahnya!
 
Gabung juga yuk di komunitas Telegram kami! Klik di sini untuk bergabung.