Menu Sahur Tanpa Cinta Keluarga, Sungguh Hambar Rasanya

Sumber Gambar: https://pixabay.com/id/photos/nasi-tomat-makanan-bulir-piring-7122289/

Sumber Gambar: https://pixabay.com/id/photos/nasi-tomat-makanan-bulir-piring-7122289/

Like

Sahur adalah suatu keistimewaan juga di bulan Ramadhan ini. Meskipun memang berat, karena sedang enak-enaknya tidur, malah dibangunkan, tetapi sahur memiliki berkah dari Allah.

Bahkan, sahur pun termasuk ibadah yang Insya Allah mendatangkan pahala besar. 

Ketika saya masih tinggal bersama orang tua, biasanya yang membangunkan saya adalah ibu. Kadang mudah, kadang susah saya dibangunkan.

Jika sudah berhasil bangun, maka saya akan menuju ke kamar mandi untuk buang air, sekaligus cuci muka. Sekadar untuk menghilangkan kantuk. 

Baca Juga: 5 Rekomendasi Menu Sahur yang Sehat, Bikin Puasa Tahan Sampai Buka


Dalam sahur, ibaratnya mengisi bensin, karena kendaraan akan dipakai selama sehari penuh. Tangki bensin harus diisi full agar kuat lari.

Meskipun secara teori begitu, saya juga pernah tidak sempat sahur karena bangun kesiangan. Namun, tetap puasa dan Alhamdulillah kuat pula. Tidak sampai pingsan, apalagi dibantu napas buatan. 
 


Harus Menggoda

Memang beda rasanya sewaktu saya masih jadi jomblo. Jadi anak kost, meskipun sudah punya kerja dan gaji tetap tiap bulan.

Menunya sih itu-itu saja. Nasi jelas ada di rice cooker. Sisanya, beli jadi saja di warung makan. Tidak ada yang memasakkan khusus. Lha wong tukang masaknya belum punya, kok! 

Baca Juga: Indomie Telur Dadar: Resep Sahur Termudah Sepanjang Masa!

Rasa sepi saat makan sahur sendiri itu masih terkenang sampai sekarang. Saya mengalami fase dari kebersamaan dengan orang tua dan saudara menjadi persiapan untuk memiliki keluarga sendiri.

Tidak mudah melewati fase tersebut. 

Apalagi dalam kamar kost tertutup, tidak ada orang lain di situ, perasaan memang bisa berkecamuk. Kapan, ya, saya akan menikah?

Kapan, ya, saya akan punya pasangan? Kapan juga bisa membentuk keluarga sendiri, terpisah dari orang tua dan saudara kandung?

Hal itu ditambah dengan bayangan nanti ketika Idul Fitri. Pasti pertanyaannya seputar kapan nikah? Itu-itu terus yang ditanyakan tiap tahun.

Sementara, siapa sih yang tidak ingin menikah? Sudah lama berusaha kalau belum dapat-dapat juga berarti memang belum ada jodoh, 'kan?

Baca Juga: Memahami Nilai-Nilai Sopan Santun dalam Interaksi Budaya Indonesia dan Barat

Saya pernah mengalami hal itu. Ada kecemburuan terhadap keluarga yang utuh, duduk satu meja, sahur bersama.

Ibunya sudah bangun duluan, memasak, lalu membangunkan suami dan anak-anaknya. Sebelum Subuh, mereka sudah selesai dan siap-siap untuk ke masjid. Betapa indahnya. Betapa syahdunya. 

Jomblo memang cuma bisa bermimpi. Dia puasa, dia juga sahur, tetapi hatinya masih terasa sepi, masih terasa kosong. Manusia memang diciptakan secara berpasangan.

Bahkan, perumpamaannya pun cukup ekstrim, disamakan dengan sandal jepit! Sandal yang murah meriah itu saja ada pasangannya, kok! Masa manusia tidak? Berarti kalah dong dari sandal jepit. Weits! 

Kaum jomblo merasa nasibnya tidak terlalu buruk jika berkumpul bersama jomblo lainnya. Ini bisa dialami oleh teman-teman satu kost.

Misalnya, kost pria maupun kost wanita, makan bersama di ruang tamu atau ruangan yang biasa digunakan untuk menerima tamu.

Rasa kebersamaan itu tidak terlalu membuat jomblo jadi tidak enak hati, karena satu nasib, satu suratan takdir. Satu penderitaan pula. 

Nah, sahur akan makin mantap jika menunya juga istimewa. Kalau sahur hanya nasi putih, apalagi cuma dengan garam, rasa-rasanya kok ingin balik tidur saja, ya? Atau hanya air putih, juga membuat jadi tidak bersemangat sahur.